Pulau Salarangan Tenggelam

Ratusan Nelayan Mengungsi ke Pulau Paliat

Air pasang dan gelombang laut yang sangat tinggi sejak beberapa hari lalu, membuat panik sejumlah warga di kepulauan Sumenep, Madura. Apalagi, sejak dua hari lalu Pulau Salarangan, Desa Paliat, Kecamatan Sapeken, Sumenep, tenggelam. Akibatnya, ratusan warga terpaksa mengungsi ke Pulau Paliat.

Informasi itu diperoleh Surya dari Samhari, 37, tokoh masyarakat desa setempat yang ikut mengungsi, Minggu (30/12). Menurutnya, sejak Kamis (27/12) lalu tinggi gelombang laut mencapai empat-lima meter dari permukaan laut. Tingginya gelombang bersamaan dengan pasang air laut dalam sepekan terakhir.

Ratusan warga, yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan, semula masih tetap bertahan di rumah-rumah mereka yang tergenang air sekitar 50 cm. Namun, ketika ombak besar disertai gelombang dahsyat datang, warga memutuskan untuk mengungsi dari rumah mereka. "Sejak Jumat (28/12, Red) malam lalu tinggi gelombang sudah empat meter. Seluruh daratan Pulau Salarangan tertutup air laut. Warga ketakutan, apalagi setelah ada beberapa rumah penduduk rusak akibat terjangan ombak," ujar Samhari tanpa menyebut nama pemilik rumah-rumah yang rusak itu. Satu-satunya tempat pengungsian yang dinilai aman adalah Pulau Paliat. Karena, selain air pasang tak sampai memenuhi Pulau Paliat, juga karena pulau ini aman dari gempuran gelombang lantaran posisinya terlindung di antara pulau-pulau kecil di sampingnya.

Mengenai kebutuhan makan dan minum warga yang mengungsi, Samhari menyatakan, mereka menumpang makan di rumah-rumah warga di Desa Paliat. Karena, sebagian besar  warga Desa Salarangan memililik saudara di Pulau Paliat. "Kepala Desa Paliat juga membantu sebagian kebutuhan warga Pulau Salarangan yang mengungsi," katanya sambil menambahkan, bahwa dirinya bersama ratusan warga Pulau Salarangan akan kembali ke rumah bila gelombang sudah turun, dan suasananya telah tenang.

Ancam Keselamatan

Diwawancara terpisah melalui ponsel, Kepala Desa Paliat Matsawi HS mengakui ada 248 jiwa terdiri dari 74 kepala keluarga (KK) dari 76 rumah terpaksa mengungsi karena gelombang laut sangat tinggi. Matsawi menambahkan, langkah mengungsikan mereka juga atas saran dirinya  karena dapat mengancam keselamatan jiwa penduduk di Pulau Salarangan. Saat ini, menurut Matsawi, tinggi gelombang laut terus menaik, dan semakin membahayakan penduduk Desa Salarangan jika masih bertahan di pulau seluas sekitar 12 hektare itu.

Apakah ada rumah warga yang rusak akibat gelombang itu? Matsawi mengaku belum tahu pasti, karena pihaknya bersama aparat desa setempat belum dapat mengecek ke Pulau Salarangan gara-gara ombak yang sangat tinggi. "Kami akan ke sana nanti kalau situasinya sudah agak reda," paparnya. Matsawi menambahkan, pasokan sembako untuk kepentingan warga kepulauan terhenti karena kapal yang biasa mengangkut kebutuhan pangan warga tidak berani berlayar. "Bisa-bisa mereka mati kelaparan karena pengiriman sembako tidak ada," sesalnya.

Karena itu, pihaknya berharap ada langkah cerdas dari Pemkab Sumenep untuk mencarikan solusi agar kebutuhan sembako, khususnya bagi warga kepulauan yang terkepung ombak dan gelombang besar akan teratasi. "Sebab, sembako kan kebutuhan utama," tegasnya. (st2)

Sumber: Surya, 31/12/2007

KPUD Tetapkan Noer Tjahja-Fannan

Sebagai Bupati-Wabup Sampang

Rapat pleno KPUD kemarin menetapkan H Noer Tjahja SE MM dan Drs KA Fannan sebagai bupati dan wakil bupati terpilih pilkada Sampang 2007. Penetapan pasangan calon yang diusung PKB ini dituangkan dalam Berita Acara (BA) Nomor: 270/31/BA/KPU-SPG/XII/2007.

Mereka yang menandatangani BA adalah KHA Ahmad Dhoveir Shah, Drs Moh. Rasyad Manaf, Agus Sumaryono SE, dan Drs Hernandi Kusumahadi. Sedangkan anggota KPUD lainnya, Moh. Hasan Jaelani SE, tidak ikut tandatangan karena ada kepentingan keluarga yang mendadak dan sebelumnya sudah minta izin tidak bisa hadir.

Ikut menyaksikan, antara lain saksi dari tim kampanye Inofa dan tim kampanye Ilmu (cabup Ismail Muzakki-cawabup M. Mahfudh). Lalu, Kasdim 0828 Sampang Mayor TNI HM Rifa’ie, Asisten Tata Praja Ir Hj Sri Budiyati MM, Kabag Hukum Setkab Syamsul Arifin SH, Kakan Infokom Drs H Chairul Saleh MPd, Kakansatpol PP Drs Aji Waluyo, dan anggota DPRD Sampang Ir H Puji Raharjo.

Sebelum menandatangani BA, Ketua KPUD KHA Ahmad Dhoveir Shah minta Ketua Divisi Penghitungan dan Penetapan KPU Sampang Drs Rasyad Manaf menjelaskan rekapitulasi hasil penghitungan suara pilkada tingkat kabupaten oleh KPUD. Seperti diketahui, hasil rekapitulasi manual hasil perolehan suara oleh KPUD, pasangan Noer Tjahja-Fannan Hasib meraih 195.343 suara, Hasan Asy’ari-Fadhilah Budiono 152.103 suara, dan Ismail Muzakki-M. Mahfudh 83.019 suara.

Lalu, Dhoveir minta pendapat masing-masing anggota. Ketiga anggota KPUD, mulai dari Drs Moh. Rasyad Manaf, Agus Sumaryono SE, dan Drs Hernandi Kusumahadi menyatakan setuju menetapkan pasangan Noer Tjahja dan KA Fannan Hasib sebagai bupati dan wakil bupati Sampang terpilih hasil pilkada Sampang 2007. Sebelum rapat pleno ditutup, Dhoveir menegaskan, tidak ada masalah jika ada pasangan calon lain merasa keberatan atas ketetapan KPUD tersebut.

Menurut Rasyad Manaf, keberatan itu adalah hak mereka. "Tapi, itu tidak akan memengaruhi atau menyangkut substansi perubahan hasil perolehan suara," katanya.

Dia memersilakan jika ada pasangan calon yang merasa keberatan dan ingin melayangkan nota keberatan. Nota keberatan tersebut nantinya ditulis dalam formulir DA2 KWK. "Mereka diberi kesempatan selama tiga hari guna melayangkan keberatan kepada MA (Mahkamah Agung) melalui PT (Pengadilan Tinggi Jatim)," tandas Rasyad.

Untuk diketahui, berdasarkan surat BA Nomor: 270/31/BA/KPU-SPG/XII/2007, selanjutnya BA akan ditetapkan dengan keputusan KPUD Sampang.

Dalam BA itu juga disebutkan, KPUD pada Senin (31/12) telah mengadakan rapat pleno dengan pembahasan penetapan pasangan calon bupati dan wakil bupati Sampang terpilih dalam pilkada 2007. Acuannya, berdasarkan berita acara rekapitulasi hasil penghitungan suara pilkada di tingkat kabupaten oleh KPUD. (c6/mat)

Sumber: Jawa Pos, Selasa, 01 Jan 2008

Wisudawan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen IMNI Dilepas Bupati

Pelepasan wisudawan Magister Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STM) IMNI berlangsung di Pendapa Ronggosukowati Pamekasan, pagi (18/12) kemarin. Acara dihadiri 185 wisudawan angkatan III dan IV bersama para alumni dan angkatan ke V. Secara khusus, Bupati Pamekasan Drs Achmad Syafii MSi dan Sekkab Dr A Jamaluddin Karim MSi melepas langsung para wisudawan.

Dalam sambutannya, Bupati Syafii mengaku kagum pada para master strata dua yang akan di wisuda di Surabaya, 30 Desember mendatang. Alasannya, dalam keadaan serba sulit seperti sekarang ini, masih ada aparat pemkab yang peduli pendidikan. Itupun, lanjut Syafii, dijalani dengan susah payah. Baik meluangkan waktu maupun menyiapkan dana yang tak sedikit. "Oleh karenanya, mereka pantas di dukung semua pihak terkait. Baik, unit kerja dan instansi dimanapun mereka berkarier," ujar Syafii.

Selama ini, imbuh Syafii, pihaknya tidak sekalipun melarang staf atau pegawai Pemkab Pamekasan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Seperti yang dijalani para wisudawan STM IMNI itu. Karena itu dinilanya demi kebaikan dan kemajuan pembangunan Pamekasan. Terutama dibidang pengembangan kemampuan dan pendidikan aparatur negara.

"Untuk para pegawai yang masih ingin meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi silahkan. Selamat jalan dan terimakasih telah berinisiatif meneruskan studi, walau dengan biaya dan inisiatif sendiri," ungkapnya

Senada dengan sambutan tersebut, Koordinator Pelaksana Pemasaran STM IMNI wilayah Madura, Drs Nashar SE MM MSi menegaskan, sambutan bupati sebentuk dukungan bagi pihaknya. Terutama dibidang kemajuan dan pembangunan pendidikan dalam menyongsong Pamekasan sebagai Kota Pendidikan. "Semoga Kami dapat memberi arti bagi terwujudnya Pamekasan sebagai Kota Pendidikan. Seberti yang telah dicanangkan sebelumnya," tegasnya saat ditemui di sela acara didampingi Koordinator Alumni STM IMNI wilayah Pamekasan, Drs Imam Santoso MM.

Pada kesempatan ini juga dilakukan prosesi penyerahan duplikat sertifikat akreditasi STM IMNI kepada Bupati Pamekasan. Serta daftar nama peserta wisuda Magister Manajemen wilayah Madura kepada Drs Imam Santoso MM oleh Drs Nashar SE MM MSi. (yud/*)

Sumber: Jawa Pos, Rabu, 19 Des 2007

Kali Ketiga Dilanda Banjir

Untuk kali ketiga dalam dua pekan terakhir ini sebgaian wilayah di Kota Pamekasan dilanda banjir. Luapan air sungai menggenangi puluhan rumah di Desa Laden, Kelurahan Patemon, dan Parteker. Meluapnya air sungai setelah hujan mengguyur Kota Pamekasan sejak Senin malam (17/12). Lauapan air sungai itu masuk rumah warga setinggi 1 meter.

Sebelumnya, minggu pertama Desember banjir melanda daerah Gladak Anyar dan sekitarnya. Banjir akibat meluapnya Sungai Blumbungan. Air bah kembali melanda 15 Desember lalu. Sedangkan banjir kemarin melanda di kawasan kota bagian selatan. Kuat dugaan, banjir kali ini karena hujan merata di daerah selatan dan mengirim air lewat Sungai Se Majid dan Sungai Gerra Manjeng.

Berdasarkan pantauan koran ini, air menggenangi sebagian ruas jalan Kota Pamekasan, Desa Laden, Kelurahan Patemon, dan Parteker. Hujan deras sekitar tujuh jam mulai sore hingga malam hari (17/12) mengakibatkan ruas jalan di dalam kota terendam air. Diantaranya, Jl Kabupaten, Jl Bahagia, Jl Pintu Gerbang, Jl Segara, Jl R Abd Aziz, Jl Agussalim, Jl Jakatole, Jl PB Sudirman, Jl Pangeran Diponegoro, Jl Cokroatmojo, dan Jl Trunojoyo.

Sebagian wilayah Desa Laden dan Kelurahan Patemon juga terendam air. Sedikitnya 80 rumah di tiga lokasi tersebut digenangi air hingga pagi kemarin. Itu akibat Sungai Se Majid dan Gerra Manjeng meluap sampai meluber ke rumah warga. Banjir terparah terjadi di Desa Patemon (barat sungai) dan Laden. Dua lokasi ini menerima air aliran sungai Se Majid yang meluap.

Salah seorang korban banjir di Desa Patemon, Khusairi, mengatakan, banjir terjadi mulai pukul 01.00. Selain menerima kiriman air, listrik juga padam. Diduga, listrik sengaja dipadamkan karena hujan sangat deras. "Air masuk rumah sekitar 1 meter," katanya sambil menunjuk tembok rumahnya yang masih basah.

Menurut dia, banjir kali ini cukup parah dibanding dua banjir sebelumnya. Pria yang tinggal di dekat Sungai Se Majid ini mengakui bahwa hujan deras yang terjadi di minggu pertama dan kedua Desember ini tak sederas kemarin. Daerahnya yang dihuninya memang langganan banjir. "Tetapi banjir saat ini (kemarin) kami rasa cukup parah," katanya di Kelurahan Patemon kemarin.

Sedangkan banjir di Desa Laden, menurut Halim, diduga akibat sampah yang menyumbat kanal air. Luapan air kanal yang dikirim air sungai Se Majid pun masuk ke rumah penduduk. Tak hanya rumah warga terendam banjir, lahan pekuburan juga tergenang. "Lihat makam itu kebanjiran juga," katanya sambil menunjuk taman pemakaman umum yang terendam.

Sementara anggota Komisi D DPRD Pamekasan, Khairul Kalam, mengatakan, berdasarkan identifikasi masalah, hasil kunjungan dewan ke lapangan menemukan beberapa sebab terjadinya banjir. Antara lain, menyempitnya saluran air baik karena longsor maupun tumpukan sampah, air yang datang melebihi kapasitas tampung kanal atau sungai, dan hilangnya daya serap tanah akibat pori-pori bumi tertutup beton atau aspal. "Semua temuan dewan kami rekomendasi ke pemkab," tegasnya.

Bupati Achmad Syafii mengakui telah menerima rekomendasi dari dewan. Pihaknya juga turun tangan untuk membantu sebisa mungkin. Dia minta dinas terkaitnya mengecek ke lapangan. Sebab, memungkinkan banjir akibat faktor lain. Misalnya, karena kurang maksimalnya konstruksi kanal. "Kami selalu turun memberi perhatian," katanya. (abe)

Sumber: Jawa Pos, Rabu, 19 Des 2007

Banjir Menerjang Lagi

Baru sepekan bebas dari banjir bandang, beberapa wilayah di Kota Pamekasan kembali kedatangan air bah. Kemarin, pukul 16.00, Kelurahan Gladak Anyar dan Kelurahan Parteker kembali dilanda banjir bandang.

Kali ini banjir bandang tidak hanya akibat meluapnya Sungai Blumbungan dari daerah utara. Air kiriman dari Sungai Samiran dari daerah barat (Kecamatan Proppo) ikut menambah besar volume air. Akibatnya, sekitar 125 rumah warga terendam.

Kelurahan Gladag Anyar, tepatnya Gang V Jalan Amin Jakfar, kembali menjadi daerah paling parah tergenang air. Termasuk, di Kampung Duko di Jalan Sersan Mesrul. Di kedua wilayah diperkirakan tak kurang dari 113 rumah terendam air dengan ketinggian antara 1 hingga 2,5 meter.

Begitu juga di Kelurahan Parteker dan sekitarnya. Tak kurang 12 rumah warga ikut terendam. Hanya, dibandingkan dengan Kelurahan Gladak Anyar, ketinggian air di Kelurahan Parteker lebih rendah.

Berdasarkan pantauan koran ini di lokasi, semakin dekat rumah warga dengan aliran sungai, semakin tinggi pula ketinggian air. Beberapa rumah di Gang V Jalan Amin Jakfar ketinggian air bisa mencapai 2,5 meter. Maklum, di Gang V ini posisinya berdempet dengan daerah aliran Sungai Blumbungan.

Di Gang V ini juga diperparah dengan belum diperbaikinya plengsengan yang jebol akibat banjir bandang sebelumnya (7/12) lalu. Akibatnya, sekitar 25 rumah terdekat dengan daerah aliran sungai, ketinggian airnya tinggi.

Menurut penuturan warga setempat, Rohama, 39, pada banjir bandang kali ini warga lebih siap dibandingkan banjir bandang sebelumnya. Ketika air mulai datang, warga langsung mengemasi barang-barangnya dan meletakkan ke tempat lebih tinggi.

"Namun, kali ini air memang tidak datang sekaligus, tidak seperti yang lalu. Selain itu, warga juga sudah pengalaman. Kalau melihat air mulai datang, langsung cepat berkemas," tuturnya.

Rohama sendiri adalah penghuni rumah dinas Kejari Pamekasan. Dia bersama dua rekannya yang juga staf kejari menempati rumah dinas. Lokasi rumahnya memang dekat dengan aliran Sungai Blumbungan. Jaraknya tidak lebih dari 7 meter saja.

Meski lebih siap, warga tetap harus menyelamatkan barang-barang berharganya. Sebab, jika tidak diselamatkan perabot rumah tangga seperti kulkas, TV, komputer, dan sebagainya akan rusak akibat terendam air.

Hingga berita ini diturunkan sekitar pukul 18.00, air belum juga surut. Diduga, hal itu dipengaruhi oleh adanya pertemuan air antara Sungai Blumbungan dengan Sungai Samiran. Sehingga, volume air menjadi lebih banyak.

Camat Kota Pamekasan Saudi Rahman yang ditemui di lokasi banjir mengatakan, pihaknya meyakini banjir bandang kali ini akibat meluapnya Sungai Blumbungan dan Sungai Samiran. "Tadi (kemarin, Red) memang sama-sama hujan, dari utara dan barat. Pertemuan arusnya di sekitar Gurem itu. Sehingga, membuat posisi air tertahan," katanya.

Pejabat kelahiran Sumenep itu memastikan tidak ada korban jiwa pada banjir bandang kemarin. Hanya, diakuinya, warga kembali harus bekerja keras lagi untuk membersihkan kotoran yang terbawa banjir bandang.

Bupati Pamekasan Ach. Syafii yang dikonfirmasi mengatakan, pemkab langsung tanggap dengan banjir bandang. Selain koordinasi dengan pihak terkait, pemkab akan langsung mengirim bantuan. "Sementara bantuan yang paling diperlukan mungkin nasi bungkus untuk makan malam. Sebab, warga tidak mungkin memasak. Sedangkan lainnya bisa menyusul," katanya saat dihubungi melalui saluran telepon tadi malam. Untuk keperluan makam malam, pemkab menyiapkan sekitar 500 nasi bungkus. Proses pembagiannya dikoordinasikan dengan aparat kelurahan dan RT/RW terdekat.

Bupati juga mengaku langsung memerintahkan jajarannya rapat mendadak. Rapat digelar di kantor Kelurahan Gladak Anyar Jalan Amin Jakfar Gang V. Sejumlah pejabat pemkab hadir. Seperti Kepala Kessos M. Ali, Kepala KUKP (Kantor Urusan Ketahanan Pangan) Bambang Prayogi, Kepala Bagian Umum Didik Hariadi, Camat Kota Saudi Rahman. Rapat juga dihadiri anggota DPRD asal daerah pemilihan Kota, Khairul Kalam. "Kita akan koordinasi lebih lanjut untuk penanganan selanjutnya. Tetapi, saya kira dibandingkan peristiwa sebelumnya, warga relatif tidak panik," kata Kepala Kessos M. Ali.

Sejak banjir bandang kembali hadir, warga dari berbagai penjuru Kota berdatangan ke lokasi. Mereka ingin melihat dari dekat banjir bandang. (zid)

Sumber: Jawa Pos, Senin, 17 Des 2007

Tengarai Pulau di Sumenep Berkurang

Fatimah: Ada yang Pindah Tangan, Hilang, Dijual

Informasi mengejutkan disampaikan Fatimah Hafid, anggota DPRD Jawa Timur. Berdasarkan laporan, kata dia, beberapa pulau dari 126 pulau yang tersebar di Kabupaten Sumenep diduga telah berkurang. Sebagian pulau hilang, sebagian lainnya pindah tangan orang lain atau dijual. Hal ini diungkapkan anggota DPRD asal PDI Perjuangan itu saat serap aspirasi di Jl Amin Jakfar Kota Pamekasan kemarin. Acara dihadiri perwakilan tokoh masyarakat dan pengurus PDIP se Madura.

Masih berdasarkan laporan, kata Fatimah, sebagian pulau yang hilang atau pindah tangan itu berada di sekitar Pagerungan. Hilangnya beberapa pulau di perairan Sumenep, sudah menyeruak di DPRD Jatim. Menurutnya, penjualan pulau tak bisa dibiarkan. Dia berjanji akan bersuara di dewan agar dibentuk tim investigasi.

Perempuan asal Pamekasan ini mengaku prihatin. Sebab, pulau yang hilang atau pindah tangan itu diduga melibatkan orang dalam Sumenep sendiri. Tengara bahwa pulau-pulau tersebut benar-benar hilang makin kuat saat dirinya di Madura. Sebab, mendapat laporan yang sama.

Fatimah menduga ada dua model penjualan pulau yang melibatkan orang dalam di Sumenep. Pertama, pulau dijual atau disewakan kepada orang lain demi keuntungan pribadi dan Sumenep tak dapat apa-apa. Kedua, pulau dihalalkan dengan kompensasi tertentu dari penyewa/pembeli agar pasirnya bisa ditambang. Dia menilai praktik penghilangan dan penjualan pulau tersebut berdampak buruk bagi investasi ekonomi Sumenep. "Pada akhirnya, kepulauan Sumenep terkikis habis," ujarnya.

Namun, laporan masyarakat soal pulau yang dijual dibantah Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumenep Soengkono Sidik. Menurut dia, hingga saat ini tidak ada laporan dari masyarakat bahwa beberapa pulau di Kabupaten Sumenep hilang dan diperjualbelikan. "Belum ada laporan ada pulau dijual atau pulau hilang karena pasirnya ditambang," tegasnya.

Jika memang ada laporan dari masyarakat, dia berharap ada bukti konkret. Sehingga, pihaknya dapat menindaklanjutinya. Sebab, penjualan pulau dilarang negara. "Sekecil apa pun pulau merupakan bagian dari negara ini. Dan, pulau tidak boleh diperjualbelikan," tandasnya. Soengkono juga menepis laporan dari 126 pulau di Kabupten Sumenep sebagian hilang karena pasirnya ditambang secara ilegal. "Tidak ada laporan seperti itu," ujarnya.

Dia menduga, laporan tentang pulau hilang tersebut karena adanya perbedaan jumlah pulau hasil foto udara dengan data Bakorsultanal. Dijelaskan, jumlah pulau hasil peta udara yang dilakukan pemkab bekerjasama dengan Surveyor Indonesia (SI) pada 2002, tercatat jumlah pulau yang dimiliki Semenep sebanyak 126 pulau. Sedangkan hasil pemetaan yang dilakukan Bakorsultanal hanya 121 pulau. "Angka tersebut berbeda, karena Bakorsultanal menganggap bahwa lima pulau bukan sebuah pulau, tapi batu karang besar," jelasnya.

Namun, seperti diberitakan Radar Madura Agustus 2007, pulau kosong yang tidak berpenghuni yang diklaim milik warga ditengarai cukup banyak. Kasus ini terjadi Pulau Kamarong dan Pulau Kiropok (Kecamatan Sapeken), serta Pulau Sarok yang berada di Desa Kroppo, Kecamatan Raas.

Pulau Pulau Sarok misalnya, diakui milik Badaruddin, salah satu warga Desa Kroppo. Hal ini dibenarkan oleh salah satu keluarganya Miftahul Arifin yang juga anggota DPRD Sumenep. Menurut politisi dari PPP ini, pulau yang memiliki luas sekitare 20 hektare lebih itu merupakan milik kakeknya (Baharuddin). Dikatakan, pulau itu didapat kakeknya dari H Bakri sekitar tahun 1960-an. "Pulau itu dijual ke kakek dengan menukar dengan lahan pegaraman. Saat ini pulau dihibahkan kepada paman saya," ujar kala itu. Pulau Sarok itu, jelasnya, tidak ada penghuninya, yang ada hanya pohon kelapa. (abe/zr)

Sumber: Jawa Pos, Rabu, 12 Des 2007

Korban Banjir Ditemukan Tewas

Satu dari dua korban yang hilang terseret arus saat banjir bandang menyapu Pamekasan selama 12 jam, Fauzi alias Uus, 20, warga Kelurahan Gladak Anyar, Kecamatan Kota Pamekasan, ditemukan tewas. Jenazahnya ditemukan telungkup di pinggir kali, menyangkut di sela-sela pohon bambu, Sabtu (8/12) pukul 05.30 WIB.

Sedangkan nasib korban lain, pria asal Desa Blumbungan, Kecamatan Larangan, masih misterius. Identitasnya pun belum diketahui. Uus adalah anak kedua dari empat bersaudara pasangan suami-istri alm Turiman dan Painten. Ditemukan sekitar 300 meter dari lokasi kejadian, kepala Uus penuh luka, yang diduga akibat terbentur tembok pelengsengan, dan sebagian tubuhnya terkoyak akibat tergores batang bambu.

Korban, yang dikenal pandai berenang, ditemukan sang paman, Misnuri, 54, yang menyusuri sungai bersama tiga anaknya. “Sepanjang malam saya bersusah-payah mencari keponakan, ternyata tadi pagi sudah jadi mayat,” ujar Misnuri sembari mengusap pipi yang basah air mata.

Seperti diberitakan, dua orang hilang, dan 80 rumah tenggelam di Kelurahan Gladak Anyar dan Parteker, Kecamatan Kota Pamekasan, akibat banjir bandang. Air bah datang tiba-tiba seiring meluapnya Sungai Blumbungan. (Surya, 8/12).

Sampai Sabtu (8/12), mayoritas warga yang rumahnya tenggelam banjir masih dicekam kekhawatiran terhadap kedatangan banjir susulan. Karena itu, sebagian di antara mereka mengevakuasi seluruh perabotan rumah tangga ke rumah famili.

Untuk membantu mengevakuasi barang-barang mereka, Satpol PP dan Linmas Pamekasan menerjunkan 25 petugas dan mengerahkan dua mobil truk dan pikup. Mereka juga membantu membersihkan jalan sekitar lokasi kejadian yang terendam lumpur. Bupati Pamekasan Achmad Syafii bersama sejumlah staf dua kali datang ke lokasi, Jumat (7/12) malam dan Sabtu (8/12) pagi. Selain memantau, bupati juga memberi bantuan mie dan nasi bungkus kepada warga yang tertimpa musibah banjir. “Kami masih mendata berapa kerugian yang diderita warga, dan kami akan memberi bantuan kepada mereka,” janji Safii. (st30)

Sumber: Surya, Sunday, 09 December 2007

Waswas, Mengungsi

Pasca banjir bandang Jumat (7/12), pukul 17.00, warga yang rumahnya tergenang air langsung bersih-bersih. Ini dilakukan sejak pukul 21.00, saat air mulai surut. Meski sebagian warga mulai bersih-bersih, namun sebagian lainnya memilih mengungsi.

Beberapa keluarga mengungsi di beberapa tempat, seperti Balai Kelurahan Gladak Anyar. Selain beberapa warga di Kelurahan Gladak Anyar, warga lain di beberapa tempat juga sempat mengungsi. Seperti yang berada di sekitar Kelurahan Parteker dan Gurem. Di sana puluhan rumah juga tergenang air.

Kemarin, mulai pukul 06.00, warga secara bersamaan mulai bersih-bersih. Mereka membersihkan bekas-bekas lumpur yang masuk ke rumahnya. Kesibukan warga tampak di Gang V Jalan Amin Jakfar. Ada yang menjemur kasur, membersihkan tembok dari kotoran bekas air bah, dan lainnya.

Sebagian warga di Gang V Jalan Amin Jakfar banyak yang masih trauma. Mereka masih khawatir akan adanya banjir bandang susulan. Sebab, dari pagi hingga siang kemarin mendung cukup tebal. "Kalau masalah trauma pasti trauma. Tapi, bagaimana lagi ya, pasti kita kembali ke rumah," ujar Brigadir Eko, anggota Satreskrim Polres Panemkasan, yang rumahnya juga terendam air lebih dari 3 meter. Beberapa warga di Gang V Jalan Amin Jakfar memilih mengungsi. Beberapa keluarga mengevakuasi barang-barang berharganya ke rumah-rumah kerabatnya di tempat lain. Proses evakuasi ini dibantu satpol PP. Tak kurang dari 50 personel satpol PP dikerahkan. Untuk membantu evakuasi, satpol PP mengerahkan dua kendaraan bak terbuka.

Musibah banjir bandang membuat sejumlah pihak bersimpati. Bantuan mulai mengalir kepada warga. Terutama dari Pemkab Pamekasan yang disampaikan langsung Bupati Ach. Syafii. Pemkab membantu ratusan nasi bungkus, air mineral, mie instan, minyak goreng, dan obat-obatan kepada korban banjir. "Ini musibah bersama. Itu sebabnya, kita harus bisa mengulurkan tangan untuk mereka yang membutuhkan," kata Syafii di sela-sela mengunjungi korban banjir di Kelurahan Gladak Anyar kemarin pagi.

Hingga kemarin bantuan masih terus berdatangan. Salah satunya dari Partai Demokrat Pamekasan. Beberapa aktivis Partai Demokrat membagi-bagikan mie instan dan air mineral. (zid)

Sumber: Jawa Pos, Minggu, 09 Des 2007

Banjir Bandang Sapu Pamekasan

Dua orang dinyatakan hilang dan 80 rumah tenggelam di Kelurahan Gladak Anyar dan Kelurahan Parteker, Kecamatan Kota Pamekasan, akibat diterjang banjir bandang, Jumat (7/12) sekitar pukul 17.00 WIB.

Air bah itu datang tiba-tiba seiring dengan meluapnya Sungai Blumbungan hingga dua meter di atas ketinggian permukaan normal sungai. Sungai itu melintas di tengah kota Pamekasan. Kedua warga yang terseret arus dan masih dalam pencarian adalah Uus, 17, warga Gladak Anyar, pelajar kelas II SMA di Pamekasan. Satu lagi seorang pria yang belum diketahui namanya, asal Desa Blumbungan, Kecamatan Larangan, Pamekasan.

Menurut keterangan warga di lokasi, saat mereka sedang duduk di emperan rumah dan sebagian menonton TV, tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari arah sungai.

Meski demikian, warga tak terlalu curiga bakal terjadi banjir bandang karena selama seharian kemarin kota Pamekasan tak diguyur hujan. Lagipula, sehari sebelumnya, sudah turun hujan lebat. Tak berapa lama, warga yang rumahnya berjarak sekitar 75 meter dari bibir sungai dikejutkan dengan suara gemuruh yang makin keras yang mendekati rumah mereka. Baru diketahui kemudian, plengsengan sungai sepanjang 50 meter jebol dan airnya meluap menerjang rumah-rumah penduduk pinggir sungai.

Datangnya air bah mendadak itu membuat warga panik. Sebagian berusaha masuk rumah guna menyelamatkan barang-barangnya ke tempat yang lebih tinggi, dan sebagian lagi langsung lari menyelamatkan diri. Tapi derasnya arus banjir, membuat banyak perabot rumah tangga tidak sempat diselamatkan wargar.

Sementara Uus, yang tengah menyelamatkan barangnya di emperan rumahnya terseret arus meski sempat berteriak minta tolong. “Sekarang warga masih berusaha mencari di mana Uus berada. Ada yang melihat Uus tersangkut di pohon, apakah selamat atau tidak masih dalam pencarian,” kata Trisno, warga Gladak Anyar, yang rumahnya terendam air setinggi 2 meter.

Hingga kemarin malam, puluhan warga, terutama wanita, masih terjebak banjir di rumahnya dan berteriak-teriak minta tolong. Sejumlah warga berupaya mengevakuasi mereka dengan menggunakan rakit bamboo dan ban dalam mobil.

Rohim, warga setempat, mengungkapkan banjir kali merupakan yang ketiga di kota Pamekasan dalam 8 tahun terakhir. Pertama terjadi April 1999, dan kedua Februari 2004. Tapi, kali ini terparah. Bupati Pamekasan, Drs Ahmad Syafii kemarin malam langsung meninjau lokasi banjir dan menemui warga yang mengungsi di pinggir jalan. (st30)

Sumber: Surya, Saturday, 08 December 2007

Gelombang Pasang Dua Pulau Nyaris Tenggelam

Pasang air laut yang terjadi Senin dan Selasa (26-27/11) malam mengancam pulau-pulau kecil di timur Kabupaten Sumenep. Di Pulau Sapeken, akibat laut pasang naik itu, pasar utama di pulau tersebut tenggelam, dan hingga kemarin tak bisa berfungsi.

Sedangkan di Pulau Masalembu, selain merendam Pasar Masalima, air laut pasang juga menenggelamkan 20 rumah serta menghanyutkan ternak milik warga. Di pulau itu, kawasan yang terparah kena air pasang laut adalah Dusun Mandar, Desa Sukajeruk, Masalembu. Banyak ternak ayam dan sapi yang tersapu air laut pasang dan kemudian mati. "Air laut pasang tahun ini lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, menurut saya, paling besar dalam sepuluh tahun terakhir," kata Badrul Aini, seorang tokoh masyarakat Sapeken, kepada Surya, Rabu (28/11) di Sumenep.

Karena ketinggian air laut pasang mencapai 6 meter, pulau-pulau yang lebih kecil (seperti Pulau Tanjunggiok dan Pulau Sarendeng) nyaris tenggelam. Dua pulau yang masuk Kecamatan Sapeken itu, masing-masing terdiri dari satu desa. Tiap-tiap pulau itu dihuni sekitar 400-an warga. Sementara, total jumlah penduduk Kecamatan Sapeken mencapai sekitar 5.000 jiwa.

Badrul mengungkapkan, karena pasar utama di Pulau Sapeken masih terendam hingga kemarin, kegiatan perekonomian warga setempat macet. Namun sejauh ini, menurut pantauan Badrul yang juga anggota DPRD Sumenep, belum ada laporan tentang korban jiwa. “Tapi, masyarakat di pulau-pulau kecil itu tetap was-was. Mereka berjaga terhadap kemungkinan kembali tingginya laut pasang,” imbuh Badrul.

Selain `melahap` pasar dan permukiman penduduk, pasang laut itu juga menyapu puluhan hektare areal tambak udang dan banding, serta areal garam rakyat di Kecamatan Kalianget dan Seronggi. Kerugian diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.

H Zainudin, 47, warga Desa Kebundadap Kecamatan Seronggi, yang memiliki sejumlah lahan tambak udang syok mengetahui ladang tambak udangnya lenyap ditelan air pasang. Padahal, ia baru saja menebar benih udang senilai Rp 30 juta. Selain itu, Zainudin juga baru saja memperbaiki tanggul tambaknya yang kini jebol akibat tergerus arus air laut.

"Kami merugi sampai ratusan juta rupiah,"ujar Zainudin dengan raut muka kalut.

Kesedihan juga dirasakan Murahwi, 50, warga Desa Pinggir Papas, Kecamatan Kalianget. Garam di areal pertambakan garam miliknya yang siap dipanen karena telah mengkristal, hancur berantakan. Masuknya air ke lahan pegaramannya adalah akibat jebolnya tanggul di lokasi pegaraman di Desa Pinggir Papas oleh desakan air pasang. "Tanggul itu tidak kuat menahan air pasang yang terjadi selama beberapa hari ini," tandas Murahwi.

Badrul berharap kejadian ini juga mengundang kepedulian pemerintah. Karena pasang laut itu, menurutnya, merupakan kejadian alam, dan karena itu bisa dikategorikan bencana alam. (st2)

Sumber: Surya, Thursday, 29 November 2007

Ratusan Pohon Roboh

Angin puting beliung juga menerjang wilayah timur Bangkalan. Hempasan angin kencang itu menyebabkan 25 rumah di Desa Banyubuneh dan Desa Tellok, Kecamatan Galis, rusak.

Tujuh diantaranya rusak parah. Yakni, empat rumah di Desa Banyubuneh dan tiga rumah lagi berada di wilayah Desa Tellok. Selain rumah warga, sekitar 300 pohon roboh.

Berdasarkan keterangan warga setempat, bencana angin terjadi Kamis (29/11), sekitar pukul 14.00. Siang itu wilayah Galis diguyur hujan deras sekitar 15 menit. Setelah hujan reda, tiba-tiba angin kencang menghempas. Tak lama kemudian, muncul puting beliung dari arah timur.

Secepat kilat, angin berbentuk kerucut itu berputar-putar dan menggulung beberapa wilayah di Desa Banyubuneh dan Tellok. Akibatnya, 25 rumah tidak permanen (terbuat dari kayu) rusak. Rata-rata kerusakan terjadi pada bagian atap. Saking kerasnya hempasan angin, tujuh rumah roboh.

Beruntung kejadian itu tidak sampai menyebabkan korban jiwa. Ketika kejadian berlangsung, warga berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri. "Waktu angin berhembus sangat kencang, rumah saya berbunyi kriyek-kriyek. Saya panik dan takut. Lalu, saya lari keluar rumah, Pak," kata Hosna, warga Kampung Planggiran, Desa Banyubuneh.

Sementara Kades Banyubuneh Achmad Fauzi mengatakan, sejauh ini tidak ada warga yang terluka karena bencana tersebut. Namun demikian, warga membutuhkan bantuan untuk memerbaiki rumah. Terutama warga yang rumahnya ambruk.

Selain rumah warga, sekitar 300 pohon roboh akibat terjangan angin puting beliung. Untuk membantu warga, kemarin aparat TNI AD dari Koramil Galis dan Kodim 0829 turun ke lokasi. Mereka ikut bergabung dengan warga untuk memerbaiki rumah yang rusak. Selain itu, personel berpakaian doreng itu memotong dan menepikan pohon yang roboh ke jalanan. "Sebanyak 40 personel yang diturunkan untuk membantu warga. Ada yang membantu evakuasi pohon yang roboh ke jalan, sebagian lagi membantu perbaikan rumah warga," kata Pasiter Kodim 0829 Bangkalan Lettu Inf Muhadi. (tra)

Sumber: Jawa Pos, Sabtu, 01 Des 2007

Air Pasang, Dua Pasar Tenggelam

Dua buah pasar dan ratusan hektar lahan tambak dan penggaraman tenggelam, akibat air laut pasang yang mencapai ketinggian hingga 6 meter selama dua hari berturut-turut, Senin (26/11) hingga Selasa (27/11).

Dua pasar yang tenggelam tersebut, adalah Pasar Desa Sapeken Pulau Sapeken dan Pasar Desa Masalima, Pulau Masalembu Sumenep. Air pasang juga merendam ratusan hektar ladang penggaraman milik rakyat di Desa Pinggir Papas dan Desa Karang Anyar Kecamatan Kalianget. Sejumlah tumpukkan karung berisi garam hasil panen enam bulan lalu, turut hanyut terbawa air laut.

Tidak hanya itu, air pasang juga meluluhlantakan puluhan hektar tambak udang dan ikan bandeng di Desa Tanjung dan Desa Kebundadap, Kecamatan Seronggi. Puluhan ribu benih ikan bandeng dan udang yang dua bulan lagi bakal panen, hancur terbawa arus air pasang.

Akibatnya, kegiatan pasar menjadi macet bahkan aktivitas perekonomian masyarakat di dua desa tersebut sempat terganggu hingga menyebabkan kerugian yang cukup besar.

Sejumlah bangunan rumah milik warga, tampak rusak akibat dindingnya tergerus air pasang. Hingga Selasa (27/11) malam, tidak ditemukan korban jiwa akibat air pasang yang tergolong besar untuk 10 tahun terakhir ini.

H Zainudin, 47, warga Desa Kebundadap Kecamatan Seronggi, yang memiliki sejumlah lahan tambak udang langsung syok mengetahui ladang tambak udangnya lenyap 'digarap' air pasang. Padahal ia baru saja menebar benih udang senilai Rp 30 juta.

Selain itu, ia juga baru saja memperbaiki tanggul tambaknya yang kini jebol akibat tergerus arus air laut. "Kalau dihitung semuanya, kami merugi sampai ratusan juta rupiah," ujar Zainudin dengan raut muka kalut.

Begitupun dengan Murahwi, 50, warga Desa Pinggir Papas, Kecamatan Kalianget, sebanyak delapan hektar lahan garam yang sudah mengkristal dan siap panen hancur berantakan.

Masuknya air pasang ke lahan pegaramannya karena jebolnya tanggul paling timur lokasi pegaraman di Desa Pinggir Papas akibat air pasang. "Tanggul itu tidak kuat menahan air pasang yang terjadi selama beberapa hari ini. Sehingga dengan mudah air laut masuk ke lahan pegaraman yang siap panen ataupun hasil panen lalu," tandas Murahwi.

Tokoh masyarakat Pulau Sapeken, Badrul Aini S.Sos, mengungkapkan air pasang saat ini diluar dugaan masyarakat. Mengingat sejak sepuluh tahun terakhir, tidak pernah terjadi air pasang sebesar ini. Pihaknya menduga itu terjadi karena di sekitar pantai tidak ada tangkis laut, dan penyangga seperti pohon mangrove. "Kami berharap pemerintah juga memberikan perhatian serius pada kejadian ini. Ini terjadi juga mungkin karena di sekeliling pantai kita sudah tidak ada penahan lagi," tandas Badrul.

Badrul berharap kejadian ini juga ada kepedulian pemerintah. Karena air pasang itu menurutnya juga merupakan musibah yang boleh dikata merupakan bencana alam. Salah satunya dengan perlunya pembangunan tangkis laut di sekitar lokasi kejadian di kepulauan dan ditanggul tanggul timur ladang garam tersebut. (st2)

Sumber: Surya, Thursday, 29 November 2007

Puting Beliung Rusak 71 Rumah

Sekitar 71 rumah di Desa Ambender, Tebul Timur, Bulangan Barat dan Desa Bulangan Timur, semuanya di Kecamatan Pegantenan rusak akibat diterjang angin puting beliung, Kamis (29/11), sekitar pukul 17.25 WIB.

Selain menyapu rumah penduduk, bencana angin puting beliung selama 30 menit dan terjadi untuk ketiga kalinya di Kecamatan Pegantengan selama November 2007 ini, juga menumbangkan puluhan pohon dan meratakan tanaman di sejumlah sawah penduduk. Namun sampai semalam, belum dilaporkan adanya korban jiwa. Desa yang terparah terkena terjangan angin puting beliung adalah Desa Ambender 46 rumah, Tebul Timur 12 rumah, Bulangan Timur 7 rumah dan Desa Bulangan Barat 6 rumah.

Warga yang rumahnya terkena musibah puting beliung, untuk sementara mengungsi ke rumah sanak keluarganya. Sebagian warga lainnya, yang rumahnya hanya rusak ringan, berusaha memperbaiki dibantu warga lainnya.

Menurut sejumlah warga, beberapa saat sebelum kejadian kawasan Kecamatan Pegantenan diliputi mendung tebal disusul hujan rintik-rintik. Tidak berapa lama kemudian, warga dikagetkan dengan suara mirip deru pesawat terbang yang terbang rendah persis di atas rumah mereka. Sejumlah warga yang mendengar suara itu, langsung berlari ke tanah lapang, sebagian lagi  memilih di dalam rumah. Tiba-tiba deru angin dari atas rumah tersebut, berubah  menjadi angin puyuh meliuk-liuk menyapu perkampungan Desa Ambender.

Dalam waktu sekejap, puluhan rumah warga disambar angin puyuh yang menyebabkan atap rumah beterbangan hingga 500 meter. Bahkan, bangunan rumah lengkap dengan dapur milik Mistiyah, 54, rata dengan tanah. Sedang Mistiyah, yang saat musibah sedang masak air terjebak di reruntuhan dapur, hanya tertahan tiang penyangga. "Semula saya anggap itu biasa, karena sering terjadi. Tapi saya kaget, melihat atap dapur terangkat dan ambruk nyaris menimpa saya. Untung saya berlindung di tiang penyangga dan berlari ke kolong bayang," kata Mistiyah.

Ahmad, 40, warga Ambender, yang rumahnya rusak parah mengatakan, saat itu ia bersama keluarganya duduk di surau depan rumahnya. Begitu melihat mendung tebal dan angin meliuk-liuk, ia bersama tetangganya berlari ke tanah lapang untuk menyelamatkan diri. Camat Pegantenan, Lukman Hakim mengatakan, data sementara menyebutkan sebanyak 71 rumah warga rusak akibat bencana tersebut. “Musibah ini untuk ketiga kalinya selama November 2007 yang terjadi di sini,” ujar Lukman Hakim. (st30)

Sumber: Surya, Saturday, 01 December 2007