Seminar Menggagas Masa Depan Ekonomi Kerakyatan

Banyak Yang Enggan Bermuamalah dengan Sistem Syariah

Kini memang telah lahir bank yang memiliki program bagi hasil. Namun, konsep bagi hasil serupa bank syariah ini masih kurang diminati rakyat kecil. Mengapa?

Ekonomi kerakyatan masih sebatas wacana. Ini disampaikan Wasiaturrahma dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya saat seminar di Universitas Madura (Unira) kemarin. Dia menilai, rakyat belum sepenuhnya paham tentang ekonomi kerakyatan. Akibatnya, rakyat menjadi bulan-bulanan kapitalis.

Menurut perempuan asal Sumenep ini, bangsa Indonesia terpuruk karena lima hal. Antara lain, maraknya konflik sosial dan munculnya disintegrasi bangsa. Selain itu, Indonesia lemah dalam menegakkan hukum dan HAM. Wasi’- sapaan Wasiaturrahma - juga menyebut, keterpurukan bangsa akibat lambannya pemulihan ekonomi.

Akademisi yang sering bolak-balik Surabaya-Malaysia ini juga mengatakan, rendahnya kesejahteraan rakyat menjadi sebab atas terpuruknya bangsa. Begitu juga dengan penyakit sosial yang marak dan ketahanan nasional yang melemah, berkibat warga tak bisa diselamatkan masa depannya. Bahkan, kini jutaan orang menganggur. "Dapat dibayangkan, di file kami telah menunjuk 40 juta jiwa penganggur," ujar kandidat doktor ekonomi syariah.

Wasi’ menduga, ekonomi kerakyatan yang populer di negeri ini salah urus. Indikasinya, warga kelas menengah ke bawah kehilangan akses untuk merambah pasar. Dalam kasus perbankan, katanya, bank konvensional amat ragu pada rakyat kecil. Akibatnya, bank memberikan modal kepada pihak yang sudah tegar. "Jangan heran jika rakyat di lapis bawah semakin tertindih," katanya.

Namun demikian, lulusan pasca sarjana Unair ini mengaku bangga. Sebab, di Indonesia lahir sebuah bank yang memiliki program bagi hasil. Dari aspek finansial, dia menilai konsep bagi hasil serupa bank syariah cukup menguntungkan nasabahnya. Meskipun, dia akui, keuntungan bagi hasil dalam bank itu tidak banyak.

Anehnya, kata dia, konsep bank bagi hasil ini belum sepenuhnya didukung masyarakat yang sebagian besar adalah rakyat kecil. "Artinya lagi, rakyat belum siap diberdayakan," dalihnya.

Dari perspektif agama, KH Lailurrahman menilai, masyarakat masih tertindas oleh sistem ekonomi yang bercorak kapitalisme. Pemilik modal semakin menjauh dari konsep ekonomi syariah. Akibatnya, sebagian pemilik modal belum tahu bahwa musuh utama adalah kemiskinan.

Menurut dia, sebagian muslim masih enggan berpaling dari riba. Buktinya, dia menemukan umat masih enggan ber-muamalah dengan sistem syariah. "Biar sama-sama untung dan tak ada yang dirugikan," katanya.

Hadir menjadi peserta dialog ini antara lain ulama, akademisi, LSM, dan santri, kiai. Juga pimpinan perguruan tinggi se Pamekasan. (ABRARI)

Sumber: Jawa Pos, Jumat, 30 Nov 2007

Universitas Islam Madura Mewisuda 615 Sarjana

Sebanyak 615 mahasiswa Universitas Islam Madura (UIM) purna studi, diwisuda hari ini (Senin, 29/10). Para wisudawan ini berasal dari berbagai fakultas di universitas yang berbasis pesantren ini. Prosesi wisuda dijadwalkan berlangsung di halaman kampus hijau UIM Bettet Pamekasan.

Berdasarkan data yang dihimpun koran ini, 615 mahasiswa purna studi diantaranya berasal dari D2/PGSD-MI sebanyak 508 orang. Wisudawan dari PAI (Pendidikan Agama Islam) 45 orang, dan AS (Ahwalus Syakhshiyah) 6 orang.

Selain itu, wisudawan asal F-MIPA sebanyak 9 orang (matematika) dan ilmu komputer (3 orang). Di Fakultas Teknik Informatika 18 orang dan di Pertanian 13 orang (10 orang dari sosek pertanian dan 3 sosek perikanan). Sedangkan di Fakultas Ekonomi sarjana yang diwisuda 15 orang. Rinciannya, 14 orang (akuntansi) dan 1 orang dari manajemen perdagangan.

Ketua Panitia Drs H Moh. Ma’mun, SH, M.Hum bilang wisuda yang dipusatkan di kampus hijau UIM sudah yang kedua kalinya. Sebelumnya, dia katakan wisuda sarjana UIM berlangsung di luar kampus. Tetapi, dia bilang seiring bertambahnya wisudawan, UIM memilih lokasi wisuda sarjana di lapangan kampus. "Soalnya jumlah wisudawan terus meningkat," terangnya di sela-sela persiapan wisuda kemarin.

Dia menambahkan di UIM terdiri atas beberapa fakultas. Yakni, Fakultas Agama Islam (S1 Ahwal Al-Syakhshiyyah dan Studi Pendidikan Agama Islam). Selain itu dia bilang UIM punya F-MIPA (S1 Matematika dan Ilmu Komputer). Fakultas lainnya F-Teknik (S1 Teknik Informatika), F-Pertanian (S1 Sosek Pertanian, Perikanan, dan Studi Holtikultura). Termasuk, UIM memiliki F-Ekonomi (S1 Studi Akuntansi dan Manajemen Perdagangan). "Alhamdulillah dari tahun ke tahun UIM semakin maju," jelasnya.

Rektor UIM Drs. HM. Sahibudin, SH, M.Pd katakan beberapa pihak dijadwalkan hadir. Diantaranya, para ulama, bupati Pamekasan dan muspikab serta seluruh pejabat pemkab. Selain itu, pihaknya telah mengundang koordinator kopertis wilayah VII Jatim, kopertais wilayah IV Surabaya, dan pimpinan PTN/PTS se Madura. Dia yakin para orang tua atau wali wisudawan/wati dan pihak lain yang pantas datang di upacara wisuda UIM TA 2006/2007 hari ini juga hadir.

Dia katakan atas nama pimpinan dan seluruh civitas akademika UIM menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang kepada orangtua/wali wisudawan dan undangan yang telah bersedia datang pada upacara wisuda. Dia berharap wisuda dapat memberikan kesan mendalam. Sebab, pria yang akrab disapa Soheb ini yakin wisuda sebagai bukti bahwa cita-cita untuk menyelesaikan studi telah menjadi kenyataan. "Meskipun, diwisuda tak berarti akhir dari sebuah proses pembelajaran," urainya.

Soheb sampaikan UIM sebagai perguruan tinggi mengintegrasikan nilai kepesantrenan dan akademik. Yakni, UIM mengembangkan misi pengembangunan tradisi akademik dan spiritual keislaman secara integral. Di antaranya, dia akui UIM mengintegrasikan IPTEK dan IMTAQ. Dia berharap integrasi IPTEK dan IMTAQ dapat menjadi solusi atas keinginan masyarakat yang beragam. "Isnya-Allah pengintegrasian nilai kepesantrenan mencetak ilmuwan muslim sejati atau teknokrat yang qurani," jelasnya.

Pria tegap tersebut katakan, UIM mempunyai 3.225 mahasiswa yang tersebar di prodi S1, D.III dan D.II. Para mahasiswa tersebut diasuh 156 dosen tetap, depdiknas dan dosen depag. Selebihnya, dia akui tenaga edukatif di UIM bertatus sebagai Dosen Luar Biasa.

Untuk menghasilkan lulusan berkualitas, UIM meningkatkan kemampuan dosen melalui eskalasi jenjang pendidikan (S2 dan S3). Kini, Rektor UIM katakan memiliki 102 orang dosen tetap. 42 orang diantaranya S1 (proses menuju S2), dosen magister (35), masih studi S2 (19 orang) dan studi S3 sebanyak (6 orang). Di tahun ini, Soheb jelaskan 3 dosen UIM mendapatkan beasiswa dan tercatat sebagai kandidat doktor.

UIM menumbuhkan jati diri berwujud masyarakat madani yang bernilai Islami guna menyongsong masa depan bangsa. Dia menganggap kesederhanaan, percaya diri, kedisiplinan, tanggung jawab, ketulusan hati, dedikasi, dan kemandirian sebagai sesuatu yang harus dimiliki civitas UIM. Saat ini, dia bilang ada enam sasaran telah dikembangkan UIM. Yakni, UIM mengembangkan spiritual (ibadah), kemuliaan etika, kebersamaan, intelektual, profesional, dan prestasi (produktivitas).

Pria tinggi besar ini meminta jajarannya menjunjung tinggi wawasan almamater. Diantaranya, dia menyebut perguruan tinggi harus dihuni masyarakat ilmiah, berdasar kesatuan bulat, dan mandiri. Dia bilang piranti perguruan tinggi tersebut menjadikan civitas kampus mengabdi kepada bangsa dan khusunya agama dengan konsepsi Tri Dharma Perguruan Tinggi. "Apalagi, UIM didirikan founding fathers ulama yang berbasis pesantren," tukasnya. (abe/*)

Sumber: Jawa Pos, Senin, 29 Okt 2007

Demo Warnai Wisuda Unijoyo

Wisuda VI Universitas Trunojoyo (Unijoyo) kemarin diwarnai demo simpatik 17 aktivis Keluarga Mahasiswa (KM) Unijoyo. Mereka memertanyakan pergantian dekan.

Saat demo mahasiswa tidak berorasi. Mereka hanya menggelar poster bernada protes. Diantaranya bertuliskan, 'SK 2005 limited edition? Mau dong', 'Rektor terpilih terlalu penakut', 'Rektor mana preograsimu? Senat mana keberanianmun?', 'Perbaiki sistem kepemimpinan rektor untuk peningkatan kredibilitas pimpinan'.

Menurut Arif, korlap aksi, sejak terpilihnya Rektor Prof Dr Ir Ariffin MS (akhir 2006) dan terpilih pembantu rektor (Agustus 2007), pemilihan dekan sudah direncanakan sejak bulan lalu. "Namun sampai hari ini masih tidak ada kejelasan," ujarnya.

Dia menjelaskan, referensi utama dalam pemilihan rektor berikut para pembantunya adalah Kepmendikbud 284/U/1999. Pada pasal 10 ayat 2 dinyatakan bahwa pemberhentian pimpinan perguruan tinggi dan pimpinan fakultas dilakukan pejabat yang berwenang mengangkatnya.

Sedangkan pemberhentian pertimbangan calon dekan dilakukan melalui rapat senat fakultas diselenggarakan khusus. Selambat-lambatnya satu bulan sebelum masa tugas dekan berahir yang kemudian disahkan senat perguruan tinggi (pasal 7 ayat 3).

"Pada pasal 3 ayat 3a disebutkan, syarat menjadi dekan serendah-rendahnya menduduki jabatan lektor kepala. Yang menjadi diskusi menarik sekaligus kegelisahan kawan-kawan mahasiswa dan sebagian civitas adalah, terminologi pergentian pucuk pimpinan bersifat derivatif dengan pejabat-pejabat yang ada di bawahnya," jelas Arif.

Maka, sambungnya, asumsi sederhana ketika ada pergantian rektor, minimal ada pergantian atau pembaharuan pembantu rektor dan dekan di tiap-tiap fakultas. Yang sangat tidak populis dan elegan, ketika rektor merekomendasikan kepada senat salah satu fakultas, satu dosen yang tidak memenuhi kepangkatan agar dipilih yang nantinya akan disahkan senat universitas untuk menjadi dekan.

KM Unijoyo menilai, senat, baik universitas ataupun fakultas, terkesan lamban dan kurang tegas dalam menyikapi persoalan tersebut sejak awal kepemimpinan rektor definitif. Karena itu, KM Unijoyo menuntut diadakan peninjauan kembali secara akademik dan yuridis terhadap SK Rektor Tahun 2005 tentang Pembaharuan Penetapan Dekan di masing-masing fakultas.

"Rektor beserta senat menggunakan prosedur pergantian dan pengangkatan dekan sebagaimana diamanatkan Kepmendikbud 284/U/1999. Rektor dan senat diminta memercepat pergantian dekan masing-masing fakultas mengacu pada kepmendikbud. Dan, menolak SK Rektor Tahun 2007 tentang sinkronisasi masa jabatan dekan," tandas Arif.

Dikonfirmasi soal demo mahasiswa, Humas Unijoyo Teti enggan berkomentar banyak. Dia hanya mengatakan bahwa apa yang menjadi tuntutan mahasiswa ada prosedurnya.

Sementera itu, Unijoyo untuk kali keenam mewisuda 325 lulusannya. Mahasiswa yang diwisuda kali ini berasal dari empat fakultas. Terdiri dari 132 wisudawan fakultas ekonomi, 63 wisudawan fakultas hukum, dan 27 wisudawan fakultas pertanian. Sementara, fakultas teknik mewisuda 129 lulusan.

"Dalam wisuda 2007 ini, 18 lulusan mendapat predikat cumlaude (dengan pujian, Red)," kata Humas Unijoyo Teti kepada wartawan kemarin.

Untuk wisudawan terbaik fakultas ekonomi diraih Imron Badhawi dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,68. Fakultas hukum diraih Hisnuddin Lubis IPK 3,81, fakultas pertanian diraih Kefiatin Handayani IPK 3,68, dan fakultas teknik diraih Vivi Triwidyaningrum dengan IPK 3,53. (tra)

Sumber: Jawa Pos, Minggu, 28 Okt 2007

Perbaikan Dermaga Kamal Molor

Gapasdaf Gregetan, Protes Kontraktor

DPC Gapasdaf (Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai Danau dan Fery) Surabaya protes atas molornya pembangunan dermaga III Kamal. Sebab pengusaha penyeberangan Ujung – Kamal sangat dirugikan, karena kapal feri tidak bisa beroperasi.
"Selain para pengguna jasa dirugikan dengan molornya perbaikan dermaga itu, pengusaha kapal juga dirugikan. Berkurangnya beroperasinya kapal sudah pasti merugikan perusahaan kapal feri," kata Ketua DPC Gapasdaf Surabaya, Rudiyanto, Selasa (20/11).

Sampai sekarang kontraktor PT MS belum bisa memastikan kapan selesainya perbaikan jembatan yang diperbaiki sejak awal November 2007. "Janjinya tujuh hari, ditambah 10 hari. Sekarang tidak ada kepastian. Apalagi ada crane yang terguling di lokasi dermaga, ini akan menambah lamanya pengerjaan proyek," ujarnya gregetan. Dikatakan, rehab Dermaga III Kamal yang dijadwalkan rampung pada 13 November 2007, ternyata molor. "Padahal sejak 15 November kemarin, masa kontrak sudah habis. Jangan-jangan robohnya mobil crane itu nanti dijadikan alasan," katanya.

Dia menduga kualitas pekerjaan kontraktor itu kurang bermutu. Seperti pengelasan main Beam (gelagar samping) pipa besi dengan ketebalan 10 cm sampai 30 cm itu hanya dilas 1 layer saja. Seharusnya pipa itu 4 kali layer. "Kalau hanya 1 layer dermaga bisa ambruk lagi," ingatnya. Dia meminta pihak ASDP menolak bila proyek itu nanti diserahkan. "Saya harap ASDP menolak penyerahan proyek sebelum dilakukan pengecekan yang benar," tegasnya.

Ketua YLKI Bangkalan, Drs Fathurahman Said, SH mengancam akan melakukan class action pada kontraktor PT MS dan Departemen Perhubungan. "Class action akan dikirim ke Polda dan Kajati," tegasnya. (kas)

Sumber: Surabaya Post, Selasa 20/11/2007

Rebutan Sisa Air Cekdam

Meski di sebagian wilayah kabupaten Bangkalan telah turun hujan seminggu terakhir ini, namun dampak kemarau yang cukup panjang tahun ini masih dirasakan sebagian besar masyarakat. Terutama warga yang tinggal di pedesaan. Mereka setiap hari berkutat dengan kesulitan mendapatkan air untuk keperluan sehari–hari.

Sebagian besar wilayah di Bangkalan pada musim kemarau sulit sekali mendapatkan air bersih. Pemkab telah berupaya memenuhi kebutuhan vital bagi warganya, seperti mengirim air melalui mobil tangki ke desa–desa rawan air. Juga telah membuat sumur bor di 8 desa rawan air. Namun upaya pemerintah ini masih belum dirasakan masyarakat belum mencukupi keperluan air bersih. Karena keperluan air bukan hitungan hari, namun hitungan menit masyarakat pasti membutuhkannya.

Seperti yang terjadi di sekitar Dusun Tlagah, Desa Banyuning Dajah, Kecamatan Geger. Pada musim kemarau, masyarakat setempat memanfaatkan air cekdam. Karena hampir semua sumur di desa kering, akhirnya warga di desa-desa sekitar Banyuning menyerbu cekdam yang dibangun puluhan tahun lalu. Warga memanfaatkan air itu untuk mandi dan mencuci, termasuk untuk minuman ternaknya.

Lama–lama kondisi air cekdam itu keruh dan tidak layak dipergunakan. Namun masyarakat tetap memanfaatkannya. "Cekdam ini dibangun tahun 1983 ini. Dulu airnya sedalam 10 meter. Sekarang sudah dangkal, hanya tinggal 1 meter saja. Airnya sudah keruh, karena dangkal itu," kata Kades Banyunning Dajah, H Hadiri, Jumat (2/11).

Meski airnya sudah keruh, karena tidak ada lagi air yang bisa di dapat dengan cepat, masyarakat tetap memanfaatkan cekdam itu. "Ya digunakan untuk mandi, mencuci. Ada yang digunakan untuk memasak setelah disaring dulu," ungkapnya. Dijelaskan, cekdam yang ada di desanya, tidak hanya dimanfaatkan warganya sendiri. Namun warga desa lain juga mengambil air untuk keperluan sehari-hari. "Selama musim kemarau ini, warga di empat desa yang memanfaatkan cekdam ini. Yakni warga Desa Bannyuning Dajah sendiri, warga Desa Banyyuning Laok, Desa Kelapayan dan warga Desa Bangsereh Kecamatan Sepulu," terangnya.

Mereka datang setiap hari untuk mengambil air di cekdam. Mulai pagi, siang, hingga sore. Tetapi yang paling ramai pada pagi dan sore hari. Jumlahnya ratusan orang. Mereka membawa jeriken, ada yang membawa bak. Hampir semua warga yang datang ke cekdam, mandi dan mencuci pakaian. Pulangnya mereka membawa air untuk keperluan di rumahnya. Ada yang dinaikkan gerobak, sepeda motor, bahkan mobil pikap.

Harapan warga, kata Kades Hadiri, agar cekdam yang sudah dangkal itu dikeruk. "Bila sudah dikeruk, cekdam ini tidak dangkal seperti sekarang. Bisa seperti saat dibangun dulu. Dengan begitu air yang ada bisa lebih banyak. Sehingga pada musim kemarau ketersediaan air lebih baik dari sekarang," harapnya.

Jika cekdam itu dikeruk lebih dalam lagi, debit air lebih banyak lagi dan bertahan lama. "Dulu sewaktu kedalaman cekdam 10 meter, air bisa dimanfaatkan warga selama 8 bulan. Sekarang dengan kedalaman hanya 1 meter, masyarakat hanya bisa memanfaatkan cekdam maksimal 3 bulan. Kalau hujan tidak turun, air semakin menyusut, karena diambil setiap hari oleh warga," ungkap Hadiri. (kas)

Sumber: Surabaya Post, Sabtu 03/11/2007

Konser Pestaphoria Gagal

Peterpan dan SamSons Temu Fans

Pupus sudah harapan warga Madura untuk melihat aksi panggung Peterpan, Samsons, dan Kangen Band. Grup band papan atas nasional itu gagal manggung di Stadion R. Soenarto Hadiwijoyo tadi malam.

Sedianya, ketiga grup band yang tengah digandrungi anak muda itu akan tampil dalam rangkaian acara Pestaphoria Zona Bening XL. Namun, ternyata pihak Polres Pamekasan tidak memberikan izin keramaian dengan mempertimbangkan faktor keamanan.

Tentu saja gagalnya konser Peterpan, Samsons, dan Kangen Band itu membuat kecewa ribuan orang di Madura. Terutama, mereka yang sudah memiliki kupon atau undangan sebagai tanda masuk ke arena pertunjukan.

Kupon diperoleh dari XL dengan cara membayar sejumlah uang untuk isi pulsa senilai Rp 10.000 atau membeli kartu perdana XL senilai Rp 10.000. Diperkirakan, lebih dari 20 ribu orang memiliki kupon. Mereka mendapatkannya di tempat-tempat yang ditunjuk XL di seluruh Madura. "Kalau mau jujur, kita sangat kecewa. Sebab, saya sendiri telah memborong kartu perdana untuk mendapatkan kupon banyak biar bisa nonton bareng," ujar Darsono, 27, warga Kecamatan Lenteng, Sumenep, yang ditemui koran ini di XL Center Jalan Jokotole kemarin siang.

Hal senada disampaikan Ivan, 31, asal Jalan Teja, Kecamatan Kota Pamekasan. Dirinya dan rekan-rekan se kantor telah memiliki kupon sejak ada pengumuman dari XL. "Meski hanya dengan mengisi pulsa Rp 10 ribu, namun tetap saja kita kecewa. Sebab, kita sudah berharap dari awal bisa nonton Peterpan," katanya kepada wartawan di Jalan Jokotole kemarin.

Sementara General Manager XL East Area Alfie T. Prasetyo kepada wartawan mengatakan, gagalnya konser Peterpan, Samsons dan Kangen Band bukan disebabkan dari panitia. Tetapi, lebih disebabkan faktor dari kepolisian. "Kita sangat menghargai arahan dan petunjuk dari kepolisian. Sebab, mereka memang yang lebih tahu mengenai kondisi keamanan," katanya dalam keterangan pers di salah satu hotel di Jalan Trunojoyo kemarin siang.

Panitia, sambung Alfie-sapaan akrabnya, pada dasarnya sudah siap melangsungkan konser. Itu dibuktikan dengan kesiapan para pihak yang terkait konser. "Bahkan, kalau mau dibilang, kita sudah sangat siap. Artinya, dari sisi penyelanggara tidak ada masalah. Namun, kita tetap harus menghargai keputusan pihak terkait," tandasnya dengan nada kecewa.

Sementara itu, Kapolres Pamekasan AKBP Tomsi Tohir kepada wartawan menjelaskan, animo masyarakat untuk menyaksikan konser Peterpan, Samsons, dan Kangen Band sangat tinggi. "Sedangkan kapasitas stadion dinilai tidak mampu menampung jumlah penonton yang akan membeludak," katanya di Jalan Stadion kemarin.

Tomsi mengajukan beberapa alasan untuk mendukung pernyataannya. Menurut dia, berdasarkan survei yang dilakukan polres, kondisi stadion tidak memungkinkan untuk menampung penonton pada konser sekelas Pertepan, Samsons dan Kangen Band. "Kondisi tembok stadion banyak yang rapuh juga. Selain itu, setelah kita cek areal parkir sangat terbatas. Apabila dipaksakan dikhawatirkan akan terjadi kekisruhan," katanya.

Sebelumnya, Kapolres bersama jajarannya memang melakukan survei langsung ke Stadion R Soenarto Hadiwijoyo. Saat itu, Kapolres melihat langsung kondisi stadion. Kapolres menjelaskan, diberikan izin atau tidak suatu acara pada hakikatnya merupakan bentuk perlindungan dan pangayoman terhadap masyarakat. Selain itu, untuk menjaga ketertiban masyarakat, pemberian izin berdasarkan pertimbangan kelayakan, kepatutan, dan ketepatan. "Akhirnya polres dan muspida memutuskan tidak memberikan izin pada konser tersebut," terangnya.

Rencana konser Peterpan, Samsons dan Kangen Band, juga menjadi perhatian kalangan ulama. Buktinya, pada saat pertemuan rutin ulama-umara persoalan konser juga dibahas. Dari pertemuan itu diketahui bahwa sejumlah ulama kurang memberikan respons terhadap konser tersebut.

Sementara itu, PestaPhoria Zona Bening XL terus jalan. Sejak siang hingga sore kemarin, kawula muda Pamekasan dimanja berbagai aksi Bebas. Seperti olahraga, kesenian Madura, hingga modifikasi motor.

Para fans kemarin juga bisa berjumpa langsung personel Peterpan dan Samsons dalam acara meet and great layaknya konfrensi pers di Hotel Putri. Hanya, kali ini jumpa fans terbatas. Sebab, konser PestaPhoria batal dilaksanakan karena pertimbangan ketertiban.

Rupanya, kehadiran Ariel (vokalis Peterpan) dan Bams (vokalis Samsons) bersama personel lainnya sedikit mengobati rasa kecewa fansnya. Buktinya, mereka masih berjubel di halaman depan hotel hanya untuk menyapa artis pujuannya.

Saat jumpa fans, personel Peterpan dan SamSons didamping General Manager XL East Area Alfie T. Prasetyo, Liedya RSOM Jatim Andayani, dan Titon ASOC Madura Wahyu HBP. Dalam kesempatan itu, Ariel sempat mengeluhkan gagalnya acara manggungnya di Pamekasan. Namun, dia menyadari saran dan imbauan aparat terkait yang memilih untuk membatalkan konser, karena alasan ketertiban. "Saya mengerti dan aparat pasti sudah memerhitungkannya dengan baik. Mungkin, di lain waktu kami (Peterpan dan SamSons, Red) datang lagi," ujarnya yang kemudian diikuti tepuk tangan undangan yang hadir.

Komentar menarik disampaikan Wakasek Kesiswaan SMAN 1 Pamekasan. Ia menyampaikan kegembiraan siswanya atas kedatangan Peterpan dan Samsons. Hanya, siswanya kemudian kecewa setelah mendengar konser gagal. "Tapi, siswa saya titip salam saja kepada Peterpan dan Samsons yang sudah datang menemui kami," katanya. (zid/ditambah yudi)

Sumber: Jawa Pos, Kamis, 08 Nov 2007

STIKA Guluk-Guluk Mengembangkan Pendidikan

Didirikan Para Ulama, Didukung Penuh Masyarakat

Hari ini (10/10) STIKA (Sekolah Tinggi Keislaman Annuqayah) Guluk-Guluk melangsungkan upacara wisuda. Rapat senat terbuka kali ini merupakan upacara paling banyak diikuti wisudawan. Seluruh peserta upacara wisuda tahun akademik 2006/2007 mencapai 852 orang dari berbagai program studi (prodi) di sekolah tinggi ini.

Sore kemarin, sekitar pukul 15.00, ratusan wisudawan mengikuti gladibersih upacara wisuda di auditorium STIKA. Mereka berasal dari berbagai penjuru Madura dan sebagian diantaranya dari Jawa. Para wisudawan ini telah lulus dalam menempuh pendidikan di jenjang PGMI/TK, PGSD/MI, dan S1 dari berbagai prodi. Diantaranya, S1 PAI (Pendidikan Agama Islam), Muamalat, dan Tafsir Hadits.

Data di pusat informasi STIKA menunjukkan, 526 orang lulus PGSD/MI, 19 orang lulus PGTK/RA, 147 orang dari jurusan PAI, 18 orang lulus prodi muamalat, dan 27 orang lulus prodi S1 tafsir hadits. Semua wisudawan kemarin berkumpul di auditorium STIKA yang terletak di bukit Lancaran Guluk-Guluk. Ruangan berkapasitas sekitar 6 ribu orang itu selesai dibangun tahun lalu dan sudah ditempati upacara wisuda dua kali.

Di era 1980-an, STIKA bernama PTIA (Perguruan Tinggi Islam Annqayah). Perguruan tinggi berbasis pesantren ini kemudian terus berkembang dan namanya pun berubah. Dari PTIA menjadi STISA (Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Annuqayah) dan STITA (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Annuqayah). Kampus yang berada di pebukitan ini terus mendapat kepercayaan publik. Sampai akhirnya STISA-STITA ini berganti nama menjadi STIKA, sampai saat ini.

Berdasarkan sejarahnya, para ulama berperan banyak dalam pendirian perguruan tinggi ini. Diantaranya, KH Mohammad Amir Ilyas, KH Moh. Mahfudh Hosaini, KH Ahmad Basyir AS, dan KH Moh. Ashiem Ilyas termasuk para pendiri cikal-bakal STIKA tempo dulu.

Selain itu, KH Moh. Ishomuddin AS, KH A. Warits Ilyas, dan K Mohammad Hasan Basry juga termasuk pendiri. Karenanya, yayasan Annuqayah tak saja menaungi pendidikan dari TK sampai SLTA dan diniyah, tetapi yayasan juga mewadahi perguruan tinggi yang telah terakreditasi A ini.

KH Ahmad Basyir bertindak sebagai pembina yayasan. Sedangkan pimpinan STIKA dijabat empat orang. Yakni, KH A Mutam Muchtar (ketua), KH A. Washil Hasyim (PK I), KH Abbadi Ishom (PK II), dan K Muhammad Husnan AN (PK III). Yayasan, pimpinan, dan civitas STIKA terus berbenah untuk mengembangkan kampus.

Sekolah tinggi ini akhirnya melengkapi sarana pendidikannya dengan ruangan riset, laboratorium, auditorium, dan perpustakaan. Juga mengembangkan SDM dengan menguliahkan dosen hingga S3 (strata 3), baik di perguruan tinggi dalam maupun luar negeri.

Pembina yayasan KH Ahmad Basyir menyampaikan terima kasih kepada semua pihak. Sebab, merekalah yang telah membantu mengembangkan pendidikan yang ada di Anuuqayah, termasuk STIKA.

Ayah Dr Abd A’la ini menilai, perkembangan STIKA dalam tahap yang menggembirakan. Setidaknya, STIKA telah terakreditasi dengan nilai A sejak 2.000 lalu. Selain itu, penerimaan mahasiswa baru setiap tahun tak kurang dari 350 orang. "Alhamdulillah, STIKA sejak 2002/2003 telah memiliki lima jurusan," ujarnya.

Ketua STIKA KH A. Mutam Muchtar merasa pantas bersyukur karena ulama berhasil mewariskan lembaga pendidikan. Dia bilang, sejak zaman prakemerdekaan, ulama berada di garis depan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Mutam juga mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang terus-menerus mempercayai STIKA sebagai salah satu lumbung pendidikan. Tanpa dukungan banyak pihak, lulusan IAIN Sunan Ampel ini ragu sebuah lembaga pendidikan akan maju. "Sebab, pendidikan berkembang lantaran didukung masyarakat," urainya.

Dia minta wisudawan tak berhenti mencari ilmu karena menganggap dirinya telah diwisuda. Dikatakan, wisuda tak lebih sebagai tanda bahwa seseorang lulus di salah satu jenjang pendidikan. Jika memungkinkan, Mutam menyarankan agar wisudawan terus menempuh pendidikan di tingkatan yang lebih tinggi.

Dia menyadari bahwa warga negeri ini mengalami berbagai musibah, seperti lumpur Lapindo, tsunami Aceh, maupun gempa Jogja. Implikasinya, bencana tersebut dapat menghimpit situasi ekonomi. "Tapi, insya Allah selalu ada jalan keluar bagi siapa pun yang sabar dalam menuntut ilmu," ujarnya.

Dijadwalkan hadir pada upacara wisuda hari ini, antara lain ulama pesantren se Madura. Jajaran muspika, muspida, pimpinan perguruan tinggi, dan instansi terkait di lingkungan Pemkab Sumenep juga diundang. (ABRARI)

Sumber: Jawa Pos, Sabtu, 10 Nov 2007

Hendry Darmawan Pemuda Pelopor Tingkat Nasional

Dipuji Menpora, Tak Mau Patenkan Temuan

Perjuangan dan kerja keras Hendry Darmawan, 28, asal Desa Buddih, Kecamatan Pademawu, Pamekasan dalam memodifikasi kincir angin ternyata tidak sia-sia. Setelah terpilih sebagai juara 1 tingkat Jawa Timur, kini dia juga sukses menjadi Pemuda Pelopor tingkat nasional.

Perjuangan Hendry Darmawan menuju Pemuda Pelopor tingkat nasional ibarat serial film 31 Hari Mencari Cinta. Betapa tidak. Dalam hitungan 31 hari persis, lulusan STM (sekolah teknik menengah) itu berhasil meraup sukses luar biasa. Yakni, terpilih sebagai Pemuda Pelopor tingkat nasional.

Dari catatan koran ini, Hendry-sapaan akrabnya, berjuang menuju Pemuda Pelopor tingkat nasional sejak 27 September lalu. Itu dihitung sejak dia terpilih sebagai duta Jawa Timur menuju tingkat nasional pada even pemilihan Pemuda Pelopor. Sebelumnya, Hendry berhasil menyisihkan wakil dari kabupaten/kota di seluruh Jawa Timur.

Setelah resmi mewakili Jawa Timur menuju tingkat nasional, tanggal 30 September lalu Hendry mulai memasuki proses seleksi. Saat itu, diawali dengan kroscek tim juri dari Jakarta ke rumah Hendry di Desa Buddih, Kecamatan Pademawu.

Di hadapan tim juri nasional, pria yang kini telah berputra itu harus berjuang keras mengikuti berbagai ujian. Termasuk, ujian lapangan yang dilakukan tim dewan juri Pemuda Pelopor tingkat nasional dari Jakarta yang secara khusus ’mengintrogasinya’ seputar karya besarnya. Dan, Hendry secara lugas mempresentasikan hasil karyanya.

Berdasar pengakuannya, karya yang dihasilkannya itu diperoleh dari inspirasi saat mengunjungi lahan pegaraman. "Saya melihat kincir angin yang ada selama ini hanya mengandalkan angin satu arah. Makanya, saya berpikir untuk memodifikasi agar arah kincir angin bisa dari berbagai arah," katanya meyakinkan saat itu.

Untuk memodifikasi kincir agar bisa menerima angin dari berbagai arah, Hendry memodifikasi di bagian mekanik. Dengan hasil karyanya Hendry membuatkan kemudi. Yang sebelumnya tidak ada. "Kemudi itu akan bisa diterpa angin dari segala arah. Untuk memudahkannya, di dalam kincir angin kita pasangkan as atau sejenis roda agar bisa leluasa berputar," terangnya. Alhasil, Hendry pun menjadi orang pertama yang mampu memodifikasi kincir angin agar lebih fleksibel.

Dari presentasi di Desa Buddih, Hendry lalu diundang ke Jakarta. Di Ibukota, dia juga menjalani beberapa sesi penjurian. Mulai dari presentasi, wawancara dan sebagainya. Nah, beberapa hari sebelum perayaan Sumpah Pemuda 28 Oktober lalu, Hendry menerima kabar dari Bagian Kesra Setkab Pamekasan. Ternyata, dia terpilih sebagai Pemuda Pelopor tingkat nasional.

Untuk itu, tanggal 28 Oktober lalu Hendry harus ke Jakarta menerima penghargaan dari Menpora (Menteri Pemuda dan Olahraga) Adhyaksa Daut. "Saat itu saya datang dengan didampingi pejabat dari bagian kesra. Saya bangga sekali menerima penghargaan dari Pak Menpora," tuturnya lugas.

Dari pertemuan dengan Menpora, ada kenangan yang tak bisa dilupakan Hendry. Yakni, saat Menpora memberikan pujian terhadap hasil karya Hendry berupa modifikasi kincir angin yang dinilai sebagai suatu temuan menakjubkan.

Selain menerima penghargaan dari Menpora, Hendry juga mendapat hadiah uang pembinaan dan beberapa sertifikat. "Saya berharap bisa mengembangkan temuan ini. Makanya dalam waktu dekat akan saya kirim proposal ke provinsi sesuai petunjuk saat itu dalam upaya memproduksi massal kincir angin fleksibel," papar Hendry.

Apa tidak ada niatan untuk mempatenkan temuan? Hendry kembali menegaskan, pihaknya tidak akan mempatenkan temuannya. "Saya tidak pernah berpikir untuk mematenkan temuan ini. Sebab, saya semata-mata ingin membantu warga saja," terangnya polos. "Kincir angin fleksibel ini bisa bermanfaat untuk bidang industri. Seperti garam dan home industry, pertanian, perkebunan untuk menyiram tembakau, maupun untuk memelihara ikan di tambak," sambung Hendry.

Kini, kincir angin hasil karya Hendry telah terpasang di 8 desa di Pamekasan. Terutama, di desa-desa yang kebanyakan penduduknya mengandalkan produksi garam sebagai mata pencaharian utamanya. Kincir angin ini akan menghemat energi, efisien dan terjangkau harganya.

Kepala Bagian Kesra Setkab, A. Razak Bahman. melalui Kasubag Pemuda dan Olahraga M. Yasin menjelaskan, pemkab berterima kasih kepada Hendry karena mengharumkan nama Pamekasan di tingkat nasional. "Mudah-mudahan bisa menjadi pemicu pemuda lainnya untuk berkreativitas," harapnya. (AKHMADI YASID)
Sumber: Jawa Pos, Kamis, 01 Nov 2007

Kekeringan Ancam Warga Pulau Giliraja

Sumber Air Minim, Diare Kembali Mengancam

Meski hujan telah mengguyur, Pulau Giliraja, arah selatan Sumenep, masih saja gersang. Tak heran bila pulau yang dihuni ribuan penduduk itu kerap disebut sebagai pulau dengan musim kemarau terus menerus. Pulau Giliraja termasuk dari segian gugusan pulau yang membentengi Sumenep. Pulau yang terletak di Selat Madura itu terbagai dalam empat desa. Yakni, Desa Banmaling, Lombang, Jati dan Desa Banbaru.

Gili Genting sendiri merupakan salah satu pulau yang letaknya berdekatan dengan Pulau Gili Raja. Jika Pulau Gili Raja berada pada posisi lurus ke arah selatan dari Sumenep, Gili Genting berada pada posisi agak ke tenggara. Untuk menjangkau Pulau Gili Raja hanya bisa dilalui dengan transportasi laut dari Pelabuhan Cangkaraman, Kecamatan Bluto. Sejauh ini transportasi menuju Pulau Giliraja memang baru dari Pelabuhan Cangkaraman menggunakan PLM (perahu layar motor).

Belakangan ini Pulau Gili Raja kembali bertemu masalah serius. Apa itu? Tentu saja masalah kekeringan. Hal yang satu ini memang hampir sepanjang tahun menjadi persoalan bagi warga setempat. Namun, belakangan ini persoalan itu memuncak. Itu setelah beberapa sumber mata air mulai mengering.

Asep Nur Hidayat, 23, warga setempat yang menghubungi koran ini melalui saluran telepon mengatakan, hampir seluruh desa di Pulau Giliraja mengalami kekeringan. "Kekeringan memang sudah biasa. Namun, kali ini semakin luar biasa," katanya membuka pembicaraan via telepon seluler kemarin.

Jika sebelum memasuki kemarau masih relatif banyak sumber mata air, belakangan ini semakin berkurang. Bahkan, bisa dibilang semakin langka. Dari sekian sumur sebagai sumber mata air di Pulau Giliraja, saat ini hanya ada satu sumur yang masih bisa bertahan. Yakni, Sumur Beringin, suatu nama merujuk kepada kondisi di sekitar lokasi yang memang banyak beringinnya. "Penduduk dari empat desa itu sekarang hanya mengandalkan Sumur Beringin itu. Kalau tidak ada sumur beringin, kita tidak tahu lagi nasibnya bagaimana," katanya dengan nada mulai memelas.

Sumur Beringin tersebut berada di Desa Banbaruh, salah satu desa yang letaknya berada di ujung paling barat Pulau Giliraja. "Setiap harinya, mulai setelah salat subuh warga akan antre di sumur beringin. Mereka secara bergantian menunggu giliran mengambil air. Kalau hari Jumat, antrenya bisa sampai berjam-jam. Padahal, hanya untuk mendapatkan air dua jeriken," tuturnya.

Sebenarnya, ungkap lulusan SMKN 1 Sumenep ini, ada sumber mata air lain yang bisa diandalkan oleh warga. Yakni, sumber air yang berasal dari proyek desalinasi (penyulingan) air atas bantuan pemkab. Namun, air di lokasi penyulingan tidak banyak membantu warga. "Warga memilih untuk mengambil air di sumur Beringin," tandasnya tanpa merinci alasan warga dimaksud.

Ditambahkan, kekeringan telah menambah deretan persoalan di Pulau Giliraja. Sebab, kekeringan ternyata tidak berdiri sendiri. Ada persoalan lain yang berada dibaliknya. "Selain harus keluar ekstra biaya untuk air minum karena kebanyakan beli air kemasan, kini warga mulai khawatir lagi soal diare seperti tahun lalu," terang Asep.

Berdasarkan catatan koran ini, 2006 lalu sebagian warga di Pulau Giliraja menderita diare. Penyakit ini mengakibatkan banyaknya warga yang terpaksa dirawat di puskesmas setempat. Saat itu, total penderitanya mendekati 500 orang. Karena keterbatasan tempat perawatan, akhirnya pihak puskesmas sempat membangun tenda darurat. "Diare yang menyerang saat itu memang bulan Oktober juga. Inilah yang kembali dikhawatirkan warga. Diare itu kan salah satunya akibat faktor konsumsi air. Sementara saat ini air kembali menjadi sesuatu yang langka," papar Asep.

Warga Pulau Giliraja, kata Asep, benar-benar membutuhkan bantuan pihak terkait untuk mengatasi masalah kekeringan. "Silakan datang ke Giliraja agar bisa menyaksikan sendiri," ajaknya. (AKHMADI YASID)

Sumber: Jawa Pos, Jumat, 02 Nov 2007