Selamat Ulang Tahun, Pak Noer


Mohammad Noer hari ini (13/1) genap berusia 90 tahun. Sejak dua hari lalu, keluarga besar M. Noer berkumpul di Surabaya untuk merayakan hari kelahiran mantan gubernur Jawa Timur (1967-1976) itu. Perayaan dilangsungkan secara sederhana di sebuah hotel malam nanti.

"Tidak ada acara apa-apa, kok. Yang penting anak-menantu, cucu, buyut, dan keluarga semua kumpul. Itu saja," ujar Pak Noer - panggilan Mohammad Noer - Jumat (11/1) lalu.

Keluarga Pak Noer menyadari bahwa saat ini kondisi sebagian masyarakat Jawa Timur dan bangsa Indonesia sedang kesusahan akibat bencana banjir dan tanah longsor. Karena itu, kurang bijaksana bila perayaan ulang tahun pria 8 anak, 21 cucu, dan tiga buyut tersebut dilangsungkan secara berlebihan.

"Pada acara itu saya akan mengajak keluarga untuk mendoakan saudara-saudara kita yang sedang kesusahan karena terkena banjir dan longsor. Juga untuk kesehatan Pak Harto (mantan Presiden Soeharto, Red) yang sedang sakit," tuturnya. "Intinya, berkumpul bersama keluarga dan mensyukuri nikmat-Nya," kata Pak Noer.

Prinsip hidup sederhana memang diterapkannya sejak masih kanak-kanak. Ketika menjadi bupati Bangkalan, gubernur Jatim, dan duta besar Republik Indonesia untuk Prancis pun, dia tetap memegang prinsip hidup itu. "Kalau melihat ke atas terus bisa stres, lalu stroke. Masih banyak orang yang nasibnya tidak sebaik kita. Kita harus bersyukur dengan keadaan sekarang ini," katanya. Kesederhanaan Pak Noer itu pula yang berkesan di benak dan hati masyarakat Jawa Timur. Tak heran, bila mantan anggota DPR, MPR, dan DPA, itu tetap dihormati hingga kini.

Kepemimpinan suami Mas Ayoe Siti Rachma di Jawa Timur memang fenomenal. Gaya kepemimpinannya yang merakyat membuatnya lekat di hati seluruh lapisan masyarakat, mulai pejabat, pengusaha, politikus, hingga tukang becak.

Saat menjabat bupati dan gubernur, Pak Noer dikenal rajin turba (turun ke bawah) di desa-desa untuk melihat langsung kondisi masyarakat. Dia ingin tahu secara langsung apa yang dikehendaki rakyat. Dia tidak mudah memercayai laporan yang diberikan bawahannya. Dia merasa perlu memastikan sendiri bahwa keadaan rakyatnya baik-baik saja sesuai laporan bupati atau wali kota yang memimpin daerah itu. Nyaris separo waktunya dihabiskan untuk blusukan di desa-desa, mendengarkan suara rakyat. Bukan duduk manis di kantornya yang ber-AC.

Berbagai fasilitas mewah pun tidak serta merta diterimanya. Ketika menjadi gubernur, Trimarjono (Sekdaprov waktu itu, Red) pernah menawari Pak Noer untuk menggunakan helikopter bila melakukan kunjungan ke daerah-daerah. Tapi, tawaran itu ditolak dengan halus. Pak Noer memilih jalur darat.

"Waktu itu saya sempat heran dan bertanya kenapa Bapak (panggilan Pak Noer oleh bawahannya, Red) tidak mau dipermudah. Beliau hanya tersenyum," kenang Trimarjono.

Pertanyaan Trimarjono itu terjawab beberapa hari setelah kunjungan selesai. Pak Noer menyerahkan setumpuk kertas berisi data kilometer jalan yang rusak dan berlubang kepada Trimarjono. Dia meminta Trimarjono memperbaikinya.

"Rupanya itulah alasan Bapak tidak mau menggunakan helikopter. Bapak ingin mengetahui kondisi jalan provinsi sehingga bisa langsung diperbaiki kalau ada yang rusak. Benar-benar gubernur yang luar biasa," kesan Trimarjono.

Mungkin tidak banyak sosok pemimpin yang berdedikasi tinggi terhadap kondisi rakyat seperti Mohammad Noer. Seorang pemimpin yang benar-benar mau bekerja keras, memperhatikan kesejahteraan wong cilik, dan tetap hidup dalam kesederhanaan. Selamat ulang tahun, Pak Noer, gubernur Jawa Timur sepanjang masa. (cie/ari)

Sumber: Jawa Pos, 13/01/08