Minta Libatkan Warga Madura

Pembangungan Kawasan 'Kaki' Suramadu

Rencana pembangunan kawwasan 'kaki' Jambatan Suramadu ditanggapi Dewan Pembangunan Madura (DPM). Mereka menyiiapkan konsep pemetaan dan peluang investasi yang telah disusun berdasarkan pontensi seluruh daerah di pulau garam itu.

Ketua Umum DPM Achmad Zaini mengatkan dalam waktu dekat pihaknya menyerahkan dokumen tersebut kepada gubernur. "Ini dapat dipakai seabagi landasan pembangunan Madura," ujarnya.

Dia mengatakan, saat Jembatan Suramadu beroperasi, pembangunan di Madura pasti terimbas. DPM berharap, pembangunan itu tidak mematikan potensi rakyat Madura. "Ini perlu diantisipasi sejak awal untuk menghindari benturan sosial dan budaya yang tidak perlu terjadi. Maka, perlu ada konsep khusus," katanya.

Secara umum, kata Zaini, DPM berharap pembangunan berangkatdari konsep dan potensi masyarakat Madura asli. Madura akan di-setting sebagai kawasan yang menjadi kekuatan ekonomi berskala regional maupun internasional. "Tentunya ini harus dijalankan dengan melibatkan masyarakat Madura," jelasnya.

Menurut dia, rakyat di yang terkenal dengan karapan sapinya itu sangat mendukung peningkatan pembangunan pasca diselesaikannya Jembabatan Suramadu. "Selama ini kami telah melakukan upaya-upaya sosialisasi tentang pembangunan dan pengembangan kawasan Madura. Sebab, penyelesain jembatan ini semakin dekat," ujarnya.

DPM juga melakukan konsolidasidengan badan perencana di empat kabupaten Madura. "Ini bagian dari upaya mengintegrasikan strategi dan pembangunan Madura," kata Zaini. Dia menambahkan, pihaknya juga siap bekerja sama dengan dengan pemerintah provinsi untuk mengembangkan pembangunan di Madura. "Masalah investor juga akan kami bantu. Selama ini, kami sudah menggalang beberapa investor untuk mendukung pembangunan di Madura," ungkapnya.

Sebelumnya Kepala Bappeprov Hadi Prasetyo mengatakan bahwa keputusan presiden yang mengatur tentang Badan Pengelola Suramadu sudah terbit. Untuk menindaklanjutinya , Bappeprov akan berkoordinasi lebih lanjut dengan Gubernur Jatim, Pemkot Surabaya, serta Pemkab Bangkalan. Sebab, badan tsb akan menkoordinasi seluruh kegiatan pengoperasian Suramdu yang tentu saja melibatkan tiga unsur itu.

Mengenai formulasi dan bentuk badan pengelola tsb, Hadi belum mengetahui secara pasti. Dia masih belum membaca secara detil keputusan presiden tentang pembentukan badan itu. "Perlu pemahaman yang detil. Lagi pula, belum dikonsultasikan dengan Pak Imam Utomo (Gubernur Jatim)," tuturnya. (cie/oni)

Sumber: Jawa Pos, 27/05/08

Pemerintah Siapkan Badan Pengembangan Suramadu

Presiden Meninjau Pembangunan Jembatan Suramadu

Pembangunan Jembatan Suramadu diperkirakan selesai secara keseluruhan pada April 2009. Dengan demikian, pengelolaan dan pengembangan wilayah kaki Jembatan Suramadu di Surabaya dan Madura harus segera dipersiapkan.

"Nilai, fungsi, dan arti Jembatan Suramadu bisa lebih besar kalau di kedua wilayah, Surabaya dan Madura, bisa dikembangkan menjadi pusat pertumbuhan," tutur Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seusai meninjau pembangunan Jembatan Suramadu dengan menggunakan KRI dr Soeharso, Senin (12/5).

Terkait dengan hal itu, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto mengemukakan bahwa pengelolaan daerah-daerah sekitar jembatan akan ditangani Badan Pengembangan Suramadu. Wilayah sekitar jembatan bisa dikelola untuk kawasan industri, wisata, atau permukiman.

"Supaya Jembatan Suramadu membawa manfaat maksimal, perlu dikembangkan. Badan pengembangan itu sudah dirumuskan dan dalam waktu singkat, keputusan presiden tentang pembentukan badan itu terbit," kata Djoko.

Sebelum meninjau Jembatan Suramadu, sambil mengamati maket Jembatan Suramadu di lambung KRI dr Soeharso, Djoko sempat memastikan apakah Presiden sudah menandatangani keppres mengenai Badan Pengembangan Suramadu. Presiden tampak mengangguk-angguk dan mangatakan, "Sudah, sudah...."

Sebelumnya, Wali Kota Surabaya Bambang DH pernah menolak pembentukan badan percepatan pembangunan wilayah kaki Jembatan Suramadu. Alasannya, di era otonomi, semua proyek strategis seharusnya tidak ditangani oleh pusat. Semestinya pemerintah daerah bisa mengelola sendiri.

Hal ini, menurut Djoko, tidak akan terjadi. Sebab, Badan Pengembangan Suramadu akan bekerja sama dengan Pemerintah Kota Surabaya dan Pemerintah Kabupaten Bangkalan. "Kalau dibantu mengembangkan Kota Surabaya, masak tidak mau. Badan pengembangan ini pada intinya membantu pemerintah daerah, untungnya untuk pemerintah daerah juga. Tidak mungkin untuk pemerintah pusat," tuturnya.

Dalam peninjauan ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ny Ani Yudhoyono didampingi Gubernur Jatim Imam Utomo, Bupati Bangkalan Fuad Amin, Menteri PU Djoko Kirmanto, Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi. Menteri lain yang juga ikut dalam rombongan antara lain Menteri Pendidikan Bambang Sudibyo, Menteri Komunikasi dan Informasi M Nuh, Menteri Dalam Negeri Mardiyanto, Menteri Negara Koperasi dan UKM Suryadharma Ali, dan Menteri Negara ePrcepatan Pembangunan Daerah Tertinggal M Lukman Edy. (INA)

Sumber: Kompas, Selasa, 13 Mei 2008

Distribusi BBM ke Pulau Ngadat

Ribuan Nelayan Tak Melaut 5.000 Perahu tak Operasi

Rencana pemerintah menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak), membuat masyarakat di kepulauan Sumenep kelimpungan. Pasalnya, sudah sejak lima hari ini pasokan BBM ke kepulauan dibatasi sehingga suplai tersendat. Dampaknya, ribuan nelayan di sejumlah kepulauan Sumenep terpaksa berhenti melaut.

Kabag Perekonomian Kabupaten Sumenep, Achmad Sadik mengakui adanya pembatasan pengiriman BBM. "Jika daratan sudah tercukupi, baru pengiriman ke kepulauan dilakuan, yang diperkirakan Senin lusa sudah bisa teratasi," janji Sadik, Jumat (16/5).

Sementara itu, anggota DPRD Kabupaten Sumenep, Badrul Aini mengaku prihatin atas efek rencana kenaikan BBM. Karena ia mencatat lebih dari 5.000 perahu tidak beroperasi. Imbasnya terkena langsung pada ribuan masyarakat nelayan yang menggantungkan hidupnya dari hasil laut.

"Saya tidak sependapat kalau pemerintah membatasi pembelian BBM. Bagi kami itu bentuk diskriminasi terhadap warga kepulauan. Atau bisa dikatakan pemkab telah menyengsarakan warga kepulauan," tukas Badrul. (st2)

Sumber: Surya, Saturday, 17 May 2008

Listrik Madura Terancam Padam

182 Siku Baja di Enam Tower Dijarah

Tower yang menopang jaringan listrik tegangan tinggi ke seluruh wilayah Madura terancam roboh. Penyebabnya, sejak dua pekan lalu siku penyangga di enam tower dijarah maling.

Tak tanggung-tanggung, siku yang hilang sebanyak 182 lonjor. Kondisi ini berkaibat tower tidak stabil. Jika dibiarkan, tower bisa roboh dan kabel akan putus. Akibat yang akan ditimbulkan, listrik di Madura akan padam total.

Heboh, supervisor PLN GI Bangkalan, menjelaskan, ke 182 siku penyangga yang hilang menimpa enam tower di empat desa. Yakni, di Desa Labang dan Sendang, Kecamatan Labang; serta Desa Tragah dan Alang-Alang, Kecamatan Tragah.

Jumlah siku yang hilang di masing-masing tower berbeda. Hasil pengecekan petugas PLN di lapangan, jumlah baja penyangga yang hilang antara 24-48 lonjor per tower. Panjang setiap siku tower yang hilang juga berbeda, antara 2,5 sampai 3,6 meter.

Hingga kemarin PLN dari Gardu Induk (GI) Bangkalan belum bisa memrediksi nilai kerugian yang diderita perusahaannya. Sebab, siku penyangga tower itu bukan produk dalam negeri, tapi barang impor.

"Siku itu terbuat dari galvanis. Yaitu, baja khusus tahan karat yang diproduksi Yugoslavia," kata Heboh saat dikonfirmasi koran ini usai melapor ke Polres Bangkalan.

PLN belum bisa mengganti siku tower yang hilang. Itu karena GI Bangkalan tidak punya baja seperti yang dijarah maling. Meski demikian, Heboh akan mencari pengganti ke GI lain. "Itu pun kalau ada. Sebab, tower ini proyek pusat pada 1991," jelasnya.

Bagaimana kondisi tower? Pihaknya akan kembali ke lapangan untuk mengecek ulang. "Untungnya (enam tower yang sikunya dijarah) posisinya sejajar. Kalau berada posisi belokan, bisa roboh," tandasnya.

Sebenarnya, menurut Heboh, kejadian serupa pernah terjadi beberapa tahun lalu. Posisinya berada di tiga tower di Desa Gili Timur, Kecamatan Kamal; dan Sendang, Kecamatan Labang. Saat itu siku baja yang hilang sebanyak 175 lonjor.

Meskipun pelakunya belum tertangkap, penggantian siku penyangga sudah dilakukan. Karena itu, pihak GI Bangkalan berharap masyarakat ikut menjaga agar siku tower tidak sampai dijarah lagi. Sebab, tower itu digunakan untuk memasok aliran listrik se Madura.

Dikonfirmasi, Kapolres Bangkalan AKBP Drs Aris Purnomo melalui Kasat Reskrim AKP Sutowo berjanji segera menindaklanjuti laporan tersebut. Polisi akan menurunkan tim untuk menyelidiki raibnya 182 siku baja penyangga tower.

Selain lidik ke lapangan, Sutowo minta peranserta masyarakat untuk membantu polisi. "Kami harap masyarakat menginformasikan kepada polisi jika ada pelaku yang dicurigai," harapnya. (tra/mat)

Sumber: Jawa Pos, Senin, 19 Mei 2008

'SMS Santet' Beredar di Sumenep

Sebagian masyarakat Kabupaten Sumenep diresahkan oleh beredarnya pesan singkat (SMS) dari ponsel yang menyatakan saat ini sedang marak pengiriman SMS dari orang yang punya ilmu santet. Bahkan seorang warga Sumenep mengaku menjadi korban santet yang dikirim lewat ponsel. Rasmi, 20, warga Desa Karanganyar, Kecamatan Kalianget, Sumenep, mengaku terjerembab di rumahnya usai menerima 'SMS santet'. Menurut Rasmi, semula dirinya tidak percaya dengan adanya isu SMS 'ilmu hitam” tersebut. Sampai kemudian, Senin (12/05) sekitar pukul 20.15 WIB, fia merasakan ada yang aneh dari ponsel miliknya.

Saat itu, seusai mengisi pulsa di sebuah kios, dia mendapat telepon dari temannya yang mengabarkan adanya isu SMS santet. Sesudah itu, masuk sebuah SMS dari nomor ponsel yang tidak dia kenal.

"Baru sebagian saja isi SMS itu saya baca, tiba-tiba tubuh saya linglung dan perlahan-lahan langsung ambruk ke tanah seperti orang tak punya tenaga," ujar Rasmi kepada wartawan saat ditemui di rumahnya, Selasa (13/5). Setelah siuman, dia menceritakan hal itu ke orangtuanya. Kemudian, kartu pada ponsel dia buang karena takut akan ada kiriman SMS atau kontak telepon dari nomor yang disebutnya sebagai 'nomor santet' itu.

Sebagaimana diketahui, sejak beberapa hari terakhir warga di berbagai kota dikagetkan isu mengenai 'SMS santet'. Isu yang muncul, jika orang membaca SMS atau menerima panggilan telepon dari nomor tertentu - 0666/06888... - maka orang tersebut akan meninggal seperti kena santet.

Berbagai analisis pun disampaikan menanggapi masalah ini. Ada, misalnya, yang menilai bahwa penyebar awal SMS ini bertujuan memfitnah dan menjatuhkan operator ponsel tertentu, yaitu ponsel dengan nomor awal 0666 atau 06888. st2

Sumber: Surya, Wednesday, 14 May 2008

kembali

Presiden Tinjau Jembatan Suramadu

Jika tidak ada perubahan, hari ini Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melakukan acara kenegaraan di Surabaya. Nah, di sela-sela kegiatan itu presiden RI ke-6 ini akan meninjau proyek Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu).

Hanya, kunjungan tidak langsung di causeway maupun bentang tengah Suramadu. SBY bersama rombongan akan melihat jembatan yang membentang di atas Selat Madura ini dari atas kapal perang milik TNI AL.

"Rencananya, Bapak Presiden (SBY) tidak turun ke jembatan. Tapi hanya melihat dari laut. Beliau naik kapal perangnya TNI AL dari Armatim (Surabaya)," kata Kasatker Pembangunan Jembatan Suramadu Sisi Madura Ir Siswo Dwiyanto ketika dikonfirmasi koran ini kemarin.

Mengenai persiapan satker pelaksanaan pembangunan causeway, menurut Siswo, tidak ada. Namun, dia sudah memersiapkan jika sewaktu-waktu rombongan presiden turun untuk melihat langsung (naik) ke jembatan.

"Persiapan khusus causeway kanan kiri (Madura-Surabaya) tidak ada. Hanya masang baliho. Tapi sudah ditangani Provinsi (Jatim)," jelas mantan asisten teknik pembangunan Jembatan Suramadu sisi Madura ini.

Siswo menjelaskan, kunjung SBY ke Suramadu bukan agenda utama. Agenda utama presiden di Surabaya adalah menghadiri acara di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Usai dari ITS, rombongan menuju Grahadi. Lalu dilanjutkan ke Armatim dan naik kapal perang TNI AL melihat Suramadu dari laut.

Ada presentasi? Siswo mengaku belum tahu. Namun, jika ada paparan mengenai pelaksanaan proyek Jembatan Suramadu, dia memrediksi dilakukan di atas kapal. "Saya sendiri juga belum tahu apakah ikut rombongan (presiden, Red) atau tidak," tukasnya.

Sementara Kapolres Bangkalan AKBP Drs Aris Purnomo yang dikonfirmasi melalui Kapolsek Sukolilo, Kecamatan Labang, AKP Sutaji membenarkan kunjungan presiden ke Suramadu. Namun, kata dia, SBY melihat jembatan sepanjang 5,4 km ini dari atas kapal perang.

Meski demikian, pihaknya sudah menyiapkan pengamanan. "Kita (polsek, Red) menyiapkan pengamanan di sepanjang pantai dekat jembatan. Ini (pengamanan, Red) sudah kami dilaporkan ke bagops polres. Kalau pengamanan di laut ditangani TNI," terang Sutaji. (tra/mat)

Sumber: Jawa Pos, Senin, 12 Mei 2008

kembali

Areal Tembakau 2008 Terancam Over Produksi

Musim tanam tembakau tahun 2008 sebagian sudah dimulai, khususnya areal tembakau di daerah pegunungan. Sebagian besar petani tembakau sudah mulai menanam bibit tembakau. Sayangnya, proyeksi tananam tembakau tahun ini kembali diprediksi akan mengalami over produksi.

Sejumlah daerah pegunungan yang sudah mulai tanam tembakau diantaranya di wilayah Kecamatan Bluto, Batu Putih, Lenteng, Guluk-Guluk, Pasongsongan dan Kecamatan Seronggi, Sumenep. Sedangkan untuk wilayah daratan rendah diperkirakan baru mulai tanam tembakau akhir bulan ini.

Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Hutbun) Sumenep Moh Dail memprediksi naiknya areal tanam tembakau Kabupaten Sumenep tahun 2008 ini dipicu oleh rusaknya hasil tembakau tahun lalu yang terus menerus diguyur hujan.

"Over produksi nanti dipastikan akan berdampak kuota pembelian tembakau. Meluapnya hasil tembakau akan banyak yang tidak terbeli karena kuota masing-masing gudang cepat penuh," katanya.

Sebenarnya pihak Dinas Hutbun sudah mengingatkan parapetani soal ancaman over produksi yang akan berimbas pada harga jual. "Tapi banyak petani yang ngeyel bahkan masih menyewa beberapa lahan tembakau lain," tukas Dail.

Sementara itu anggota Komisi B DPRD Sumenep, Syaiful Bahri juga mengigatkan masyarakat petani tembakau pada musim tanam tahun 2008 mematuhi ketentuan floting areal tanam yang ditentukan Pemerintah Kabupaten Sumenep, yakni total 13.833 hektar yang tersebar di 18 Kecamatan dari 27 Kecamatan di Sumenep. (st2)

Sumber: Surya, Tuesday, 06 May 2008

Puluhan Rumah Warga Tergenang Air Laut

Empat hari terakhir gelombang pasang air laut tinggi di perairan utara Jawa Timur. Dampaknya sangat terasa di beberapa daerah di Pulau Madura seperti Kabupaten Pamekasan, Sampang, Sumenep serta Kabupaten Situbondo di Pulau Jawa. Ratusan rumah dan berhektar-hektar lahan tambak milik warga terendam air laut.

Kampung Kotasek, Desa Tanjung, Kecamatan Pademawu, Pamekasan misalnya, seperti menjadi kampung terisolir. Selain sebagian rumah mereka digenangi air laut rata-rata setinggi 50 centimeter, juga satu-satunya jalan ke lokasi itu terendam air sepanjang 300 meter.

"Pasang air laut kali ini beda dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain airnya tinggi, ombaknya juga besar. Warga khawatir sekali," kata Junaidi, salah seorang warga Kotasek, Tanjung, Rabu (7/5).

Melihat cuaca yang buruk, paranelayan di kawasan itu tidak berani melaut mencari ikan ataupun pergi meninggalkan dusunnya. Mereka lebih memilih tinggal di rumah bersama keluarga.
“Jangankan pergi melaut, mau ke luar kampung saja kami tidak berani. Khawatir air laut makin tinggi dan membahayakan keluarga kami di sini,” papar Junaidi.

Hal senada dikatakan Ahmadi, tetangga Juanaidi, akibat air laut pasang ini dapur dan kandang sapi miliknya hancur dihempas air laut dan kini dibiarkan tidak diperbaiki. "Sejak tadi malam warga berjaga-jaga dan mengemasi barang perabot rumah tangganya. Warga khawatir air pasang dapat merobohkan rumah mereka," ujar Ahmadi.

Nasib serupa dialami warga Dusun Kalbut Laok Songai, Desa Semiring, Kecamatan Mangaran. Kampung nelayan itu diterjang gelombang pasang sehingga seluruh rumah di kawasan itu terendam air laut.

“Air pasang ini sudah berlangsung empat hari, namun baru kali ini air laut masuk dan menggenangi rumah hingga setinggi lutut orang dewasa,” ujar Arwito, salah seorang warga Dusun Kalbut.

Tambak Terendam
Pasang laut dengan gelombang setinggi 1,5 meter di perairan Kalianget-Sumenep, menyebabkan tambak tempat budidaya rumput laut, udang, ikan bandeng atau produksi garam, menjadi rusak. Tanggul dan pintu air jebol sehingga air laut masuk ke lahan tambak. Pemandangan rusaknya tambak dapat dilihat di Desa Pinggir Papas, Karang Anyar, dan Desa Kebundadap Kecamatan Seronggi Sumenep.

“Ribuan ekor udang di tambak kami hanyut akibat tingginya air laut pasang. Akibatnya, tambak udang yang baru saja diisi ikan itu rusak dan hilang,'' ujar Udien, pemilik tambak udang di Desa Kebundadap, Seronggi.

Sebenarnya Udien telah berupaya menyelamatkan tambak udangnya dengan menambah tanggul tambak. Namun tetap jebol akibat serangan air pasang dan arus air laut. Hal yang sama juga dipaparkan Sukaryo, 40, salah seorang pemilik tambak di Desa Pinggirpapas. Menurutnya, dengan kejadian air laut pasang yang menenggelamkan tambah bandengnya, membuat para petani tambak khususnya ikan bandeng kalang kabut dan menangis karena mata pencahariannya hilang. (st30/st6/st2)

Sumber: Surya, Thursday, 08 May 2008

Dampak Laut Pasang di Kampung Kotasek Pademawu

Tambak Bandeng Tergenang, Beli Sembako Jalan Kaki 5 Km

Air laut pasang menimpa warga Kampung Kotasek. Jalan dan rumah terendam. Bagaimana kondisi warganya ?

Dengan langkah gontai, Tojianto berjalan mengitari tambaknya yang sudah tergenang air laut. Berbekal cangkul, dia tetap berusaha mengamankan sisa-sisa ikannya yang ada ditambaknya.

Dia sadar bahwa gelompbang pasang air laut bencana alam di luar kemampuan manusia. Namun begitu, pria pemilik dua hektare tambak ikan bandeng itu tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Sebab, tahun ini dia dipastikan gagal panen ikan. Apalagi, tinggal satu langkah saja dia memanen hasil tambaknya.

Dia habis pulahan juta untuk mengelola tambaknya. Mulai membeli nener, pakan, dan lainnya. "Kalau kerugian puluhan juta sudah pasti Mas. Tapi kagetnya ini yang tidak bisa dibeli," keluhnya ketika ditemui koran ini kemarin.

Tojianto menjelaskan, 1 hektare tambak dibutuhkan 3 reyan nener. Sedangkan per reyan berisi lima ribu ekor nener. Harga per reyan Rp 150.000. Biaya pakan ikan tiap bulan berkisar Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu.

Tak heran, dia sangat menyanyangkan kejadian alam yang menimpa kampungnya. Sebab, tambaknya yang ditanam bandeng sudah berumur dua bulan. Sedangkan untuk panen ikannya butuh empat bulan lamanya. "Siapa yang nggak stres Mas. Tinggal separuhnya lagi malah dipanen ombak (air pasang)," tuturnya.

Bukan hanya Tojianto yang mengalami musibah. Hampir seluruh warga Kotasek merasakan penderitaan yang sama. Akibat laut pasang sekitar 60 rumah terendam. Warga terpaksa memarkir perahunya yang merupakan mata pencahariaannya.

"Kami tidak mau ambil risiko. Tapi kami butuh uang untuk keperluan sehari-sehari," ujarnya Junaidi, warga setempat.

Menurut dia, gelombang pasang sedikit berkurang pada malam hari. "Kalau sedikit reda, kami melaut. Bagaimanapun juga keluarga butuh makan," tuturnya sambil menggendong anak semata wayangnya.

Menurut informasi yang dihimpun koran ini, air laut pasang sudah berlangsung selama empat hari berturut-turut. Warga pun tidak bisa ke mana-kemana, karena jalan akses satu-satunya untuk keluar masuk kampung terendam air laut.

Kondisi ini berdampak pada aktifitas sehari-hari warga membeli segala barang kebutuhan pokok. Mereka harus berjalan kaki sekitar 5 kilometer untuk membeli sembako. "Selain tidak ada angkutan umum, kampung ini kan sangat pelosok," kata Suraidah.

"Untuk membeli kebutuhan sehari-hari, kita membawa gerobak bersama tetangga," tambah ibu satu anak ini. (NADI MULYADI)

Sumber: Jawa Pos, Jumat, 09 Mei 2008

Turut Siapkan Masyarakat Pasca Suramadu

Keinginan untuk mengetahui perkembangan pembangunan jembatan suramadu terus menggelayut dipikiran masyarakat. Ini pula yang ada dipikiran pengurus GP Anshor Bangkalan.

Kemarin (7/5), rombongan GP Anshor Bangkalan mengunjungi kantor proyek jembatan Suramadu di Kecamatan Labang. Tujuannya, untuk mengetahui perkembangan terakhir terkait pembangunannya. Sehingga, masyarakat bisa memahami persiapan yang harus menjadi perhatian.

Menurut Ketua PC GP Anshor Bangkalan, Hosun M. SPd, maksud kunjungannya beserta 4 Anak Cabang Anshor di sekitar Suramadu (yakni dari Kecamatan Tragah, Labang, Kamal dan Burneh) tersebut adalah untuk memberi tahu kepada masyarakat mengenai perkembangan terbaru pembangunan bernilai triliunan itu. "Minimal, sekembalinya dari lokasi pembangunan kita punya gambaran kepada masyarakat untuk melakukan beberapa persiapan," ungkapnya.

Di kantor proyek Suramadu, mereka disambut langsung oleh pimpinan proyek pembangunan Suramadu sisi Madura, Ir Siswa Ardianto. Darinya, rombongan berjumlah 20 orang serta anggota Banser Bangkalan ini mendapatkan banyak informasi terkait kondisi terakhir pembangunan Suramadu.

"Intinya, membangun suramadu asalkan ada dananya bisa diselesaikan. Tapi yang terpenting bukan itu," tuturnya. Yang harus diperhatikan, lanjutnya, kesiapan masyarakat secara psikologi maupun mental menghadapi perubahan-perubahan pasca suramadu. Sebab, akan ada banyak hal baru yang akan masuk ke Madura ketika suramadu mulai dioperasikan dan mulai banyak pendatang dari luar daerah maupun dari luar negeri yang masuk.

Ditegaskan, masyarakat Madura adalah masyarakat yang pertama kali harus merasakan manfaat atas keberadaan yang menghubungkan pulau Jawa dengan Madura tersebut. "Kalau belum siap tentu akan berdampak pada masa depan masyarakat," tandas Hosun.

Oleh karenanya, pihaknya akan berupaya mengikuti secara berkesinambungan perkembangan pembangunan jembatan. "Setiap kemajuan akan kami ikuti. Setelah itu akan kami sampaikan ke masyarakat," paparnya. Harapannya, imbuh dia, ada pemerataan di semua sektor mengenai banyak hal. Terutama, penyerapan dan pemberdayaan masyarakat Madura sendiri untuk memajukan dan meningktkan taraf hidupnya. (c2/adv/rd)

Sumber: Jawa Pos, Kamis, 08 Mei 2008

Mahasiswa se Madura Turun Jalan

Memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada hari Jumat (2/5) di Sumenep diwarnai berbagai aksi unjukrasa yang dilakukan oleh aktifis mahasiswa se Madura, di depan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep di Jl Dr Cipto Sumenep. Aktivis itu terdiri dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se Madura, kemudian dilanjutkan aksi mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Gerakan Mahasiswa Reformis (GEMAR), Gerakan Mahasiswa Peduli Rakyat (GEMPUR), Pergerakan Tangan-tangan Intelektual Reformis (PETIR), dan FAMS (Front Aksi Mahasiswa Sumenep) yang digelar dihalaman rumah dinas Bupati Sumenep.

BEM Sumenep menyampaikan seruan moral yang terbungkus dalam tiga tuntutan. Diantaranya soal pelaksanaan Ujian Nasional (Unas) yang menerapkan standart nilai pelulusan 5,25, dinilai terlalu memberatkan siswa.

"Apalagi bila melihat kurikulum pendidikan yang diterapkan saat ini sering berubah-rubah. Disamping itu ternyata otonomi pendidikan justru dirasa membingungkan bagi pelaksana penididikan," ujar Syafii Ardi,Koordinator BEM Universitas Wiraraja (Unija) Sumenep.

Sementara itu peringatan Hardiknas di Kota Probolinggo diikuti sedikitnya 50 pelajar yang tergabung dalam Perguruan Muhammadiyah dan Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) Kota Probolinggo.

Dalam aksinya parapelajar melakukan teatrikal dan menyampaikan 11 tuntutan, diantaranya desakan pendidikan gratis secepatnya dan berkualitas. Hal itu diekspresikan dalam aksi poster bertuliskan Gratiskan Pendidikan OK, Pendidikan Mahal NO.

Di Kabupaten Jombang, tiga kelompok mahasiswa berdemo di DPRD Jombang secara bergantian. Ketiga kelompok itu masing-masing gabungan BEM STKIP, BEM Ikaha (Institut Keislaman Hasyim Asyari) Tebuireng, dan BEM STAI Bahrul Ulum Tambakberas, kemudian Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan Front Mahasiswa Nasional (FMN).

Gabungan tiga BEM menyuarakan sejumlah pernyataan sikap dan tuntutan. Diantaranya menolak politisasi pendidikan, bubarkan dewan pendidikan, dan tolak ujian akhir nsional (UAN). “Standar kelulusan yang hanya ditetapkan pada materi-materi yang dianggap dasar sama sekali tidak mewakili tidak mewakil setiap proses yang ada. Apalagi hanya menghasilkan ukuran komptetensi inteleijensi, bukan keseluruhan dari proses pendidikan,” teriak salah satu aktivis BEM STKIP. (st2/st16/st8)

Sumber: Surya, Saturday, 03 May 2008