Fatimah binti Asad



“Nabi SAW telah berbaring di kuburannya, dan memujinya dengan segala kabaikan !!!”
Siapakah perempuan ini wahai pemuda ?
            Sesungguhnya dia adalah shahabiyah yang mulia, “Fatimah binti Asad bin Hisyam bin Abdi Manaf…” ia berasal dari keturunan Hasyim, ibunda Ali bin Abi Thalib “karramahu allahu wajhahu”, dan dijuluki dengan“Hamaatu Fatimah”.
            Ia telah memeluk islam, dan termasuk dari orang yang pertama kali hijrah  dari kaum perempuan, ia merupakan perempuan  Hasyim yang pertama kali melahirkan anak laki laki dari keturunan Hasyim.
Pengasuh Nabi Muhammad saw
            Ketika kakek nabi Muhammad saw “Abdul Muthallib” merasa ajalnya semakin dekat, ia berwasiat kepada anaknya Abu Tholib agar mengasuh anak saudara laki – lakinya Muhammad bin Abdillah, dan semoga tujuan dari Abdul Mothallib melakukan hal tersebut, karena ia melihat adanya tangan yang lembut dan terpecaya di rumah Abi Thalib, dan pada diri isterinya Fatimah untuk menjaga nabi Muhammad dengan baik. Lalu Fatimah memulai hari- harinya dengan mengasuh  dan mendidik beliau bersama suaminya, dan ia mendapati adanya barokah di dalam makanan anak- anaknya ketika Muhammad ikut makan bersama mereka[1].
            Dan  ia  memberikan perhatian khusus pada diri Muhammad saw dari seluruh anak – anaknya.
            Dalam buku “Sirah Halabiyah”(1\189), penulisnya menyebutkan  keadaan nabi Muhammad saw ketika berada di rumah pamannya, ia berkata : Adapun anak laki – laki memasuki pagi mereka dengan berkusut “rumshan[2], dan rasulullah memasuki paginya dengan berminyak dan bercelak”.
Kesetiaan nabi saw ketika meninggalnya
            Diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata : ketika Fatimah binti Asad bin Hisyam atau ibunda Ali  “radiyallahu anha” meninggal, rasulullah masuk untuk melihtnya dan duduk di samping kepalanya, lalu beliau berkata :
            “Semoga allah merahmatimu wahai ibuku, engkau  kelaparan dan mengenyangkanku setelah kematian ibuku, engkau bertelanjang dan mengenakanku pakaian, engkau menahan dirimu dari kelezatan dan memberikanku makanan, engkau melakukan itu semua demi mengharap ridho allah dan rumah di akhirat”, kemudian rasulullah menyuruh agar jenazanya dimandikan sebanyak tiga kali, dan ketika sampai pada air yang dicampur dengan kapur barus, rasulullah menyiraminya dengan tangan beliau sendiri. lalu rasulullah melepaskan pakaian beliau dan memakaikannya pada jenazahnya, kemudian beliau mengkafani atasnya dengan jubah beliau. Lalu rasullah memanggil Usamah bin Zaid, Abu Ayyub Anshari,  Umar bin Khattab, dan seorang pemuda  hitam untuk menggali, kemudian mereka menggali kuburannya, maka ketika mereka sampai ke liang  lahat, rasulullah menggalinya dengan tangan beliau, lalu mengeluarkan tanahnya dengan tangan beliau sendiri, kemudian setelah selesai rasulullah masuk dan berbaring didalamnya, lalu ia berkata : “Demi allah yang menghidupkan dan mematikan, Dia yang hidup dan tidak mati, saya memohon ampun buat ibuku Fatimah binti Asad, dan tuntunlah dia dalam alasannya , dan lapangkanlah untuknya  jalan masuk surga, dengan kebenaran nabimu dan semua nabi sebelumku, maka sesungguhnya engkau adalah maha pemurah”, kemudian beliau takbir atasnya sebanyak empat kali, dan memasukkannya ke liang lahat bersama Abbas dan Abu Bakar “radyiallahu anhuma[3].
            Ketika Fatimah ibunda ali ra meninggal, rasulullah memakaikan pakaian beliau pada jenazahnya, lalu ikut berbaring bersamanya di dalam kuburannya, maka orang – orang berkata : Wahai rasulullah, kami belum pernah melihatmu melakukan hal seperti ini. Lalu rasulullah berkata : “Sesungguhnya tidak ada seorangpun yang lebih menyayaingiku lebih dari ia setelah kematian Abu Tholib, adapun saya memakaikan pakaianku padanya agar  dipakaikan padanya  pakaian surge. Lalu saya berbaring dengannya untuk mempermudah urusannya”[4].
            Semoga allah meridhoi Fatimah binti Asad dan memuliakannya.


[1] - Nisa’u mubaasyiraatu bi al jannati (1\ 59)
[2] - Rumshan : kotoran yang berwarna putih, kering berada di saluran mata.
[3] - Hitsami berkata : Thobrani meriwayatkannya di dalam “al kabiiru wa al awsatu”, dan didalamnya : Ruh bin Sholah, Tsiqoh bin Habban, dan Hakim. Didalamnya ada kelemahan, dan sebagian periwayat berasal dari ”Rijaalu as Shohih”, Al mujma’ no. 15399.

[4] - Hitsami berkata di “Al Mujma’”(2\ 257) Thobrani meriwayatkannya di “Al Awsatu”,  didalamnya ada Sya’dan bin Walid as Sabiri (saya tidak mengetahuinya), dan sebagian periwayatnya terpecaya.

Fatimah binti rasulullah SAW

“Akan menyakitiku siapa yang telah menyakitinya (Hadist)”
Ia adalah Sayyidah kaum muslimin pada zamanya, keturunan nabi, dan jihatul musthofawiyah yang dijuluki dengan “Ummu Abiiha[1]”. Ia adalah Anak perempuan rasulullah saw, ibu dari Hasan dan Husein, ia dilahirkan beberapa saat sebelum nabi Muhammad  diangkat menjadi rasul.
Kemudian Ali menikahinya pada bulan Dzul Qa’dah, atau sebelumnya  di tahun kedua setelah peristiwa Badar.
Ibnu Abdul Barr berkata : “Ali menikahi Fatimah setelah peristiwa Badar”.
Menurut Saya : Pendapat ini tidak dibenarkan, karena Ali berkeinginan meminang Fatimah sebelum terjadinya perang Badar, hal ini sesuai dengan yang tertera di ‘’Shahihaini’’.
Rasullah saw sangat menyayangi Fatimah dan memulaikannya, seringkali rasulullah menceritakan rahasia - rahasia beliau kepadanya, ia merupakan perempuan yang sabar, taat pada agamanya, baik, menjaga diri, qona’ah dan selalu bersyukur kepada tuhannya.
Hingga suatu ketika, Rasulullah marah demi membelanya setelah tersiar kabar  bahwasanya Abal Hasan (Ali) akan berkeinginan untuk meminang anak perempuan Abi Jahl, beliau berkata :
“Demi Allah, tidak akan berkumpul anak perempuan nabi allah dengan anak perempuan musuh allah, sesungguhnya Fatimah adalah garis keturunanku, akan menyenangkanku siapa yang telah menyenangkannya, dan akan menyakitiku siapa yang telah menyakitinya”[2].
Setelah itu, Ali ra menggagalkan rencananya untuk meminang anak perempuan Abi Jahl demi menjaga Fatimah, dan beliau tidak pernah menikah   ataupun  berkeluarga lagi selama masa hidupnya. Kemudian Ali ra menikah  dan membangun keluarga kembali setelah ia wafat.
Kelebihan – kelebihannya :
       -        Aisyah ra berkata : “Fatimah datang dengan  berjalan yang  tidak berbeda dengan  cara jalan rasulullah, kemudian rasulullah berdiri menyambutnya dan berkata “Marhabaan bi ibnatii[3]”.
       -        Diriwayatkan dari Ibnu Salamah : sesungguhnya nabi saw telah memakaikan pakaian kepada Hasan, Husein, Ali, dan Fatimah, kemudian beliau berkata “Wahai tuhanku, mereka adalah Ahli Baitku, dan kerabatku, jauhkanlah mereka dari segala kotoran dan sucikanlah mereka dengan sesuci – sucinya”. Kemudian Ummu salamah berkata “ apakah saya bersama mereka wahai rasulullah ? rasulullullah berkata “sesungguhnya kamu berada dalam kebaikan[4]
       -        Diriwayatkan dari Abi Sa’d : rasulullah berkata : “tidak akan ada seseorang  yang membenci ahli bait, kecuali allah akan memasukkannya ke neraka”[5].
       -        Diriwayatkan dari Aisyah ra, ia berkata : “saya tidak pernah melihat seseorang yang paling menyerupai rasulullah dalam berbicara dan tutur kata daripada Fatimah, rasulullah selalu berdiri menyambutnya ketika ia menemui beliau, kemudian menciumnya dan menyambutnya dengan lapang, begitu juga dengan yang ia lakukan kepada beliau”[6].
Pelopor  Jihad dari kaum perempuan
Ia memulai jihadnya bersamaan dengan permulaan dakwah islam untuk menyembah allah swt, disaat ayahnya  mendapat beberapa macam siksaan yang gunung pun tidak sanggup untuk mengembannya.
“Suatu ketika  Uqbah bin Abi Mu’ieth mendengar beberapa pembesar quraisy berkata disalah satu majlis penyembahan berhala ” siapakah yang akan mengambil “salaa[7]” ini dan melemparkannya ke atas punggung Muhammad selagi ia bersujud ?”
 Kemudian Uqbah mengajukan dirinya (semoga allah melaknatnya karena tindakannya yang hina ini) seraya berkata : “saya”, dan dengan cepat ia mengambil  “saala” tersebut dan membawanya, kemudian melemparkannya ke atas punggung nabi Muhammad saw yang lagi bersujud, maka rasulullah membiarkan dirinya dalam keadaan bersujud, hingga akhirnya kabar tersebut sampai ke Fatimah, maka ia mendatangi beliau dan mengambil kotoran yang ada di punggung nabi dan membersihkannya dari siksaan yang beliau terima.
            Suatu ketika dalam perang Uhud,  ia melihat darah  mengalir di wajah rasulullah, maka dengan cepat ia menghampiri  dan merebahkan beliau, lalu ia mulai membersihkan darah dari wajah beliau, kemudian rasulullah berkata :”Kemurkaan allah akan bertambah atas kaum yang telah membuat wajah rasulullah berdarah[8]”.
Ia juga ikut hadir dalam peperangan Khandaq, Khaibar, dan Fathu Mekkah.
Ketika ayahandanya meninggal
Dari Aisyah ra berkta :”kami para isteri rasulullah berkumpul dengan rasulullah, dan beliau tidak menghampiri salah satu dari mereka, kemudian datanglah Fatimah dengan berjalan yang tidak berbeda dengan cara jalan rasulullah, maka ketika Rasulullh melihatnya beliau berdiri menyambutnya dan berkata “Marhabaan bi ibnatii”, kemudian rasulullah mendudukkan ia disamping kanan beliau atau disamping kirinya dan membisikinya suatu perkara rahasia, lalu ia menangis, kemudian beliau membisikinya untuk kedua kalinya lalu ia tertawa. Maka setelah beliau pergi, saya berkata kepada Fatimah :”rasulullah telah mengkhususkanmu untuk mengetahui rahasianya, kemudian kamu menangis, saya telah berkeinginan kepadamu dengan segala kebaikanku padamu kenapa kamu tidak memberi tahuku atas dasar apa kamu tertawa ? dan atas dasar apa kamu menangis ? Ia menjawab : “sungguh saya belum pernah menceritakan rahasia rasulullah saw”. Maka ketika rasulullah meninggal, saya berkata kepadanya : saya telah berkeinginan kepadamu dengan segala kebaikanku padamu kenapa kamu tidak memberi tahuku ? ia berkata :“adapun sekarang saya akan memberitahumu. Pada pembicaraan yang pertama beliau mengatakan :”bahwasanya Jibriel telah mendatanginya dengan al- qur’an setiap tahun satu kali, dan sekarang dia telah mendatangiku pada tahun ini dua kali, dan sungguh saya tidak menduga hal ini kecuali semakin dekatnya ajalku, maka bertakwalah kepada allah dan bersabarlah, sesungguhnya sebaik – baiknya pendahulumu adalah aku”, maka saya pun menangis. Ketika beliau melihat ketakutanku, beliau berkata : ”apakah kamu tidak ridho untuk menjadi pemimpin kaum perempuan seluruh alam, atau pemimpin kaum perempuan umat ini ? ia berkata :”maka saya pun tertawa”[9].
Ketika rasulullah meninggal, ia bersedih atas kepergiaannya dan menangis seraya berkata :”wahai ayahku, kepada jibriel kami beritahukan wafatmu, wahai ayah,engkau telah menjawab panggilan tuhanmu! Wahai ayah, surga firdaus adalah tempatmu !”.
Kemudian ia berkata setelah penguburan rasulullah “wahai kalian, bagaimana mungkin jiwa kalian rela  menghamburkan pasir pada rasulullah”[10].
Fatimah ra wafat pada bulan kelima setelah wafatnya rasulullah dalam usia 25 tahun, dan ada juga yang berpendapat bahwasanya ia wafat pada usia 29 tahun, namun pendapat pertama lebih dibenarkan[11].

Adab terhadap suami
Diriwayatkan dari Sya’bi, ia berkata “ketika Fatimah dalam keadaan sakit, Abu Bakar datang dan meminta izin untuk menemuinya, maka Ali ra berkata kepadanya : “Wahai Fatimah, ini adalah Abu Bakar meminta izin bertemu denganmu”, maka ia berkata : “Apakah kamu menginginkan aku mengizinkannya ? Ali ra berkata : iya.”
Dzhabi berkata :”menurutku, ia (Fatimah ra) mengetahui sunnah, maka ia tidak mengizinkan seseorang untuk berada dalam rumah suaminya kecuali dengan perintahnya”.
Saya berkata : “namun, dimanakah adab yang islami ini di zaman kita ? ketika rumah – rumah kaum muslimin mengalami kemerosotan akhlak,  kehilangan karomah, dan kehormatan yang dihina, semoga allah meridhainya (Fatimah)”


[1] - Ishobah (13\ 71), dan ia dijuluki dengan “Ummu Abiiha”
[2] - Shahih : dikeluarkan oleh Bukhori (7\ 67, 68), dan Muslim (2449)
[3] - Shahih : diriwayatkan oleh Abu dawud, dan Turmidzi (5214) asal sumber dari “Shahihaini
[4] - Shahih dengan persyaratan Bukhori Muslim : Shohih Sunan Turmudzi (3038)
[5] - Dikeluarkan oleh Hakim (3\ 150), ia berkata : Shohihul Isnad, dan disetujui oleh Dzahabi
[6] - Sanadnya Hasan : dikeluarkan oleh Dawud dan Hakim (3\ 154), ia berkata : Shohih, dan disetujui oleh Dzahabi
[7] - Salaa : sesuatu yang keluar dari anak unta seperti tembuni (ari - ari) anak laki – laki, biasanya terdiri dari kotoran dan darah
[8] - Diriwayatkan oleh Baihaqi di “Dalaail an- nubuwah” (3\ 273)
[9] - Shahih : diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim
[10] -Shahih : dikeluarkan oleh Bukhori (8- 113) di dalam shohihnya
[11] -Sairu A’lami an Nubula’ (2\ 122)

Menyikapi Manajemen Keluarga

Manajemen Keluarga = Perusahaan Keluarga.

Tadi siang dikantor aku kedatangan sopir dari perusahaan induk dimana aku kerja sekarang.
Siang mas!. Siang jawabku. Begini mas, saya disuruh mengambil printer laser yang besar, katanya. O... yang itu yaa pak ?. Iya. Sendiri pak, tanyaku. Iya mas, kenapa?. Enggak pak, cuma yang dibawa thu berat, sulit untuk nurunkannya. Waduh mas, tak telpon kantor dulu.
Sambil menunggu aku bicara-bicara dengan dia ;
Enak ya mas disini, ujarnya. Kenapa?. Ruangnya dingin dan dengar-dengar gajinya besar. Ah, enggak juga pak, sama kok kaya bapak. Masa tho mas, laa aku udah kerja 20 tahun aja gajinya sekarang baru 800 ribu.
La bagian ini yang membuat aku berpikir, dengan mengorek kesana kesini info dari si bapak, aku hanya bisa mengusap-usap dada. Kok sampai segitunya perlakuan manajemen perusahaan terhadap mereka. Tapi yang membuat aku tambah heran adalah bertahannya bapak itu selama 20 tahunan  berada di perusahaan ini, dan mungkin juga kenalan-kenalan saya disana yang aku dengar lebih dari 20 tahuan mereka kerja bahkan ada yang dulu pengasuh dari boss saya sekarang ini.
Setelah bapak itu pulang aku cari ke omm goog. Akhirnya ketemu artikel yang menarik bagi saya. Judul artikel itu adalah "Tips Ringan Menghadapi Manajemen Keluarga" , dibawah ini adalah isi dari artikel tersebut :
Apakah kita masih sering mengeluh karena bekerja di perusahaan yang menerapkan manajemen keluarga? Awalnya disambut seperti tamu selanjutnya dijadikan "pembantu" begitulah kira-kira bunyi keluhannya?
Sebenarnya kalau saja ada kemauan, kita akan dapat terus diperlakukan sebagai tamu istimewa yang disapa, disuguhkan makanan dan minuman, bersenda gurau atau bahkan dapat disediakan kamar tamu jika ingin menginap namun bagaimana sih caranya?
  1. Positive mental attitude. Begitu pentingkah sikap positif? Ya, karena dengan ini akan memudahkan kita memandang diri sendiri, rekan kerja, atasan dan yang terpenting pekerjaan itu sendiri. "Pekerjaanku hari ini adalah memilih, hari seperti apa yang akan kujalanin hari ini"
  2. Mengembangkan Sense of belonging terhadap perusahaan, walaupun bukan perusahaan sendiri tapi inilah tempat kita berkarya dan harus tetap bersyukur karena kita masih mempunyai pekerjaan. "Hari ini aku bisa bersungut-sungut karena harus pergi bekerja atau sebaliknya aku juga bisa bersorak kegirangan karena punya pekerjaan"
  3. Communication skills, kendala dasar yang biasa sering terjadi adalah masalah mis-komunikasi antar sesama rekan kerja. Sangatlah penting untuk memahami gaya komunikasi karena dengan ini kita dapat mengidentifikasi potensi konflik dalam berkomunikasi. "Hari ini aku bisa "nelangsa" karena sedikitnya sahabat yang kumiliki atau aku bisa dengan penuh gairah membuat rencana untuk menjalin hubungan-hubungan baru"
  4. Menetapkan sasaran kinerja, sering kali merasa bosan dan lelah karena apa yang dikerjaan hanya itu itu saja atau yang dikerjaan melebihi tugas seharusnya. Sangatlah penting untuk mengidentifikasi sasaran kerja dan memahami job description dengan begitu kita dapat mengatur ritme pekerjaan dan mencapai hasil yang optimal. "Hari ini aku bisa bersedih karena uangku pas-pasan atau aku bisa merasa gembira karena keadaan tersebut mendorongku untuk belajar merencanakan setiap pengeluaran secara bijaksana dan menghindarkan diriku dari pemborosan yang tidak perlu".
  5. Komitmen diri dan rencana tindakan, dibutuhkan sebuah komitmen dan rencana tindakan agar dapat mengembangkan antusiasme dan menjadi pribadi yang handal. "Aku bangun pagi sekali hari ini. Gairahku menyala-nyala akan hal-hal yang akan kulakukan hari ini.Aku mempunyai tanggungjawab yang harus kupenuhi. Aku adalah orang yang penting"

Tips ringan? Ah teori!!! prakteknya? Tetap saja tidak akan ada perubahan. 
(www.wikimu.com

Bener juga yaaa....
Category:

Manajemen Perusahaan Pengaruhi Keluarga

Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. (http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen)

Sedangkan menurut organisasi.org, Pengertian Manajemen Menurut James A.F. Stoner : Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Bahkan menurut Emha Ainun Nadjib pada website ini , Manajemen adalah tidak punya apa-apa tapi sanggup menyuguhkan sayur kepada orang yang memerlukan. Manajemen adalah engkau tak boleh bicara, tak ditampilkan, tak ditayangkan, tak dianggap ada, namun mampu hadir lebih mendalam dan evergreen didalam kalbu orang banyak dibanding mereka yang membunuh eksistensimu atau mereka yang diunggul-unggulkan dimuat-muat ditayang-tayangkan dibesar-besarkan siang malam oleh penindasmu.


Sedangkan mengapa manajemen perusahaan dapat mempengaruhi manajemen keluarga, Manajemen perusahaan adalah manajemen untuk mengatur, merencanakan dan mengedalikan karyawan didalam perusahaan. Hal ini sangat mempengaruhi dari manajemen keluarga, setiap perubahan dari jadwal kerja, perilaku perusahaan, dll dapat menimbulkan efek-efek dalam suatu keluarga, contoh jika karyawan biasa masuk jam 8 pagi, karena aturan jadwal kerja perusahaan bergilir, berganti menjadi jam 5 sore. Maka waktu malam dimana sang karyawan bisa menjadi guru bagi anak-anaknya, dipaksa untuk tidak bisa lagi. Secara umum ritme keluarga berubah dan manajemen keluarga juga berubah.
Pengaruh ini sungguh besar bagi keluarga tersebut.
Category:

Jembatan Madura atau Manusia Madura?


oleh : Zuhairi Misrawi


Akhirnya, Jembatan Suramadu rampung. Sebagai warga madura yang merantau dan menetap di Jakarta, menyambut jembatan tersebut dengan gegap-gempita. Setidaknya problem transportasi yang kerapkali dihadapi selama pulang kampung sudah terselesaikan.


Sejumlah tokoh nasional yang pernah datang ke Madura menceritakan tentang indahnya Madura. Tapi semua itu ternodai oleh lamanya perjalanan dari Surabaya ke Madura, karena antri penyeberangan yang kerapkali menyita waktu cukup lama.


Tentu, Jembaatan Suramadu akan menjadi magnet bagi setiap orang Madura untuk sesering mungkin pulang kampung. Setidaknya penulis. Begitu pula, magnet bagi orang-orang non-Madura yang tertarik untuk mengunjungi pulau yang dikenal sebagai kota santri.


Hanya saja, di tengah kegembiraan di atas selalu muncul kekhawatiran, bahkan kekecewaan. Sebab, pembangunan Jembatan Suramadu tidak disertai dengan pembangunan sumber daya manusia dan pemberdayaan ekonomi yang memadai. Proyek yang konon mencapai 4 Triliun itu hanya memudahkan mereka yang hendak masuk dan keluar dari Madura. Tapi, soal bagaimana pembangunan manusia Madura, wallahu a’lam.


Penulis berandai-andai, apa tidak lebih penting, kita bangun dulu “manusia”, lalu kemudian kita bangun “jembatan”. Sebab dengan modal 4 Triliun, maka akan menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pertanian, membantu para nelayan, membuat learning center, perpustakaan, laboratorium, teknologi informasi, pelayanan kesehatan dan lain-lain.


Tapi, pemerintah daerah yang disokong penuh oleh pemerintah pusat telah memilih membangun jembatan terlebih dahulu. Pengandaian tersebut sudah tidak mungkin lagi dilakukan. Realitasnya, pada tanggal 10 Juni nanti, Presiden SBY dijadualkan akan meresmikan jembatan terpanjang di Tanah Air itu.


Meskipun demikian, pemikiran perihal pentingnya memajukan kualitas manusia Madura tidak boleh diabaikan begitu saja. Sebab, faktanya kita kedodoran dalam masalah ini. Madura mengalami krisis sumber daya manusia yang sangat luar biasa. Krisis tersebut semakin menjadi-jadi, karena mereka yang berprestasi dan berpendidikan tinggi tidak mau membangun daerahnya. Mereka justru memilih untuk merantau ke kota-kota besar, bahkan ke luar negeri.


Dari sekian negara-negara maju yang pernah penulis kunjungi sebenarnya selalu ada orang Madura yang berkiprah dalam berbagai bidang. Ketika penulis berkunjung ke New York, ternyata penulis bertemu dengan seorang profesor asli Bangkalan. Di Washington DC, kami bertemu dengan keluarga asal Pamekasan yang bekerja pada sebuah perusahaan elektronik.


Ironisnya, jika pulang ke Madura, seolah-olah sulit sekali mencari orang-orang yang berprestasi. Setiap kali penulis pulang kampung, yang ada hanya keluhan. Dari soal hasil pertanian yang makin minim, harga jual yang murah, penyebaran penyakit dan mahalnya pelayanan kesehatan.


Fakta tersebut menunjukkan, sumber daya manusia warga Madura sebenarnya tidak kalah daripada daerah lain. Tapi masalahnya, sumber daya manusia tidak dikembangkan secara merata dan konsisten. Mereka yang memberanikan diri untuk merantau dan melanjutkan pendidikan ke jenjang tinggi di luar Madura, yang justru memberikan harapan bagi masa depan mereka.


Dalam hal ini, harus diakui, kualitas pendidikan perlu ditingkatkan untuk memacu persaingan dalam berbagai sektor kehidupan. Apalagi lembaga pendidikan pada umumnya adalah pesantren. Tidak ada yang salah dari pendidikan pesantren. Sebab pesantren telah berhasil mencetak kader-kader umat yang berkualitas.


Tapi masalahnya, pesantren hanya berhasil melahirkan “ulama kitab”, bukan “ulama rakyat”. Ulama kitab adalah sebutan bagi mereka yang mahir dalam memahami kitab-kitab kuning, tapi kurang mampu dalam memahami masalah-masalah kerakyatan. Sedangkan “ulama rakyat” adalah mereka yang mampu memecahkan masalah duniawi dan ukhrawi sekaligus.


Maka dari itu, pemerintah daerah dan pemerintah pusat harus membekali pesantren dengan skill (baca: keahlian) yang berhubungan langsung dengan kebutuhan warga. Pada umumnya warga Madura adalah petani dan nelayan. Dua sektor ini, secara umum hampir tidak mendapatkan sentuhan pemikiran perihal pengembangan dan pencarian alternatif teknologi yang mampu meningkatkan penghasilan warga. Belum lagi, yang berkaitan dengan pengelolaan manajemen, yang sudah hampir bisa dipastikan sangat kedodoran.


Ada satu contoh yang sudah berhasil dalam masalah ini, yaitu pesantren “pertanian” al-Ittifaq di Ciwedei, Bandung, Jawa Barat. Pesantren yang seperti ini perlu dikembangkan di Madura. Di pagi hari mereka masuk kelas, sebagaimana pesantren pada umumnya. Tapi, sore hari mereka berada di ladang untuk mengurus pertanian sayuran, peternakan dan lain-lain. Sebagian di antara mereka juga ada yang mengurusi manajemen. Walhasil, pesantren ini sekarang menjadi pemasok sayuran ke Alfamart dan hotel-hotel di Jakarta.


Di samping itu, pada tataran warga, perlu pemberdayaan ekonomi untuk warga miskin. Warga Madura pada hakikatnya adalah para pekerja keras, ulet, mandiri dan tidak pernah menyerah. Tapi masalahnya, hampir tidak ada upaya serius untuk memberikan penyuluhan perihal terobosan-terobosan dan alternatif dalam pemberdayaan ekonomi.


Suatu malam, penulis diajak kawan untuk makan malam di Taman Bunga, Sumenep. Betapa gembiranya penulis, ketika melihat suasana malam yang ramai dan gegap gempita. Namun, tiba saatnya penulis sedih tiada kepalang, karena ternyata mereka yang berjualan seafood adalah bukan orang Madura. Bukankah masih banyak orang Madura yang tidak punya pekerjaan? Apakah orang-orang Madura sudah malas? Apakah pemerintah daerah tidak memerhatikan masalah ini?


Fakta ini menjadi salah satu kekhawatiran terbesar penulis. Jangan-jangan apa yang terjadi di Taman Bunga, Sumenep, akan makin massif pasca-jembatan Suramadu. Di mana, orang-orang Madura hanya menjadi penonton dan konsumen. Banyak orang luar Madura yang menjadi pekerjaan di Madura, tetapi hasilnya mereka bawa ke luar Madura.


Maka dari itu, pemberdayaan ekonomi mutlak diperlukan. Pemerintah daerah dan kelompok masyarakat sipil harus mampu memetakan potensi-potensi lokal, yang dapat dijadikan sebagai sumber ekonomi. Pertanian, nelayan, peternakan, batik dan home industry merupakan sumber ekonomi andalan warga Madura.


Mereka secara turun-temurun sudah ditakdirkan untuk mengelola warisan dari nenek moyangnya. Masalahnya adalah pengembangan skill yang hampir tidak tidak tersentuh. Di samping susahnya mencari modal lunak, yang tidak memberatkan warga.


Nah, semua hal di atas harus menjadi perhatian pemerintah daerah dan kalangan masyarakat sipil. Tugas pemerintah daerah adalah menyediakan kebijakan pro-rakyat dan anggaran yang memadai. Sedangkan tugas kalangan masyarakat sipil, khususnya kalangan pesantren adalah mengutamakan pembangunan sumber daya manusia, yang sesuai dengan konteks warga Madura. Setidaknya tadi itu, perlu ulama-ulama rakyat, yang tidak hanya mengerti kitab, tapi juga mengerti masalah primer warganya.


Jika semua itu dilakukan dengan baik, maka jembatan Suramadu adalah jembatan untuk kemajuan, bukan jembatan kejatuhan warga Madura.

Madurian in Marocco