Menatap Bangkalan Masa Depan

Remoh Nasional Mahasiswa Bangkalan

Momen mudik Lebaran dimanfaatkan oleh mahasiswa asal Bangkalan yang kuliah di Jokjakarta untuk berbagi peduli terhadap Bangkalan, terutama terkait pembangunan Suramadu. Mereka menggelar pertemuan nasional mahasiswa. Apa hasilnya?

Posisi Kabupaten Bangkalan yang berdekatan Surabaya sangat strategis dalam rangka pengembangan daerah. Karena itu, Bangkalan harus bisa menyerap berbagai kemajuan yang sudah diraih Surabaya.

Pernyataan ini disampaikan Direktur Jawa Pos Institute of Pro Otonomi, Drs Maksum, MSi, saat menjadi pembicara Halal Bihalal dan Remoh Nasional Mahasiswa Bangkalan dengan tema "Menatap Bangkalan Masa Depan" kemarin. Acara ini digelar Keluarga Mahasiswa Madura Jogjakarta di Aula DPRD Bangkalan.

Selain Maksum, juga hadir tiga narasumber lain. Yakni, Abdur Rozaki MSi (staf IRE Jogjakarta dan dosen UIN Sunan Kalijaga), Drs KH M. Nuruddin A. Rahman SH (DPD RI asal Jatim dan Pengasuh Ponpes Al Hikam, Tunjung, Burneh), dan Abdul Latif Algaf, SIP, MSi.

Menurut Maksum, percepatan kemajuan daerah juga harus bisa membuat terobosan program pelayanan dasar. Seperti pendidikan dan kesehatan. Redaktur Jawa Pos ini mencontohkan program pendidikan salah satu daerah di Jatim (tidak disebut). Untuk meningkatkan SDM di daerah, pemkab menitipkan lulusan SMA yang berprestasi kepada putra daerah yang sukses merantau di luar daerah agar melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. "Ini terobosan yang positif," kata Maksum.

Di bidang kesehatan, lanjutnya, ada salah satu daerah yang melaksanakan program dokter spesialis keliling desa. Ada juga yang membuka puskesmas selama 24 jam.

Selain itu, guna memercepat kemajuan suatu daerah, diperlukan birokrasi yang baik. Struktur organisasinya ramping, efisien, dan bisa memberi pelayanan cepat kepada masyarakat. Bagaimana dengan Bangkalan? Maksum menilai menilai, dari sisi finansial serta akuntabilitasnya, Bangkalan terbaik untuk Madura. Di sisi lain, Bangkalan belum mendapatkan penghargaan bidang Otonomi Award. "Ini menjadi tantangan bagi Bangkalan untuk terus maju," harapnya.

Sementara Abdur Rozaki menyinggung proses pemiskinan oleh global capitalism yang harus diantisipasi. Diantaranya dengan penguatan masyarakat sipil. Khususnya komunitas pedesaan. Namun, itu tidak mungkin hanya dilakukan orang desa sendiri. Karena itu diperlukan kerjasama antara orang desa dengan akademisi, diplomat, intelektual, mahasiswa, jurnalis, politisi negarawanan, agamawan populis, dan lainnya yang memiliki komitmen dan kepedulian atas penderitaan masyarakat desa.

"Untuk perbaikan masa depan, orang desa memang harus bangkit dan mengonsolidasikan segala bentuk kekuatannya untuk kembali merebut hak-haknya yang telah hilang dan terampas," tandasnya.

Sedangkan Nuruddin mengupas pentingnya penyiapan SDM. Terutama menyongsong pasca pembangunan Suramadu. Termasuk mengantisipasi dampak negatif ketika industrialisasi masuk ke Madura. Sehingga budaya Madura tidak terpinggirkan.

Sementara Abdul Latif Algaf mengatakan, hal yang mendasar dari pembangunan adalah pembangunan manusianya. Dia mencontohkan Malaysia, Taiwan, dan India. Negara-negara tersebut berpacu dengan meningkatkan kualitas SDM untuk memajukan daerahnya.

Tapi, kualitas SDM yang bagus perlu didukung dengan kebijakaan yang tepat. Keduanya harus saling mendukung. Jika SDM yang bagus sudah tersedia tapi kebijakan yang keluar dari pemerintah tidak tepat, maka kemajuan yang diharapkan tidak akan tercapai.

Selain itu, mantan aktifis mahasiswa dan eksponen Imaba (Ikatan Mahasiswa Bangkalan) yang kini bekerja di PT Jamsostek pusat ini mengingatkan mahasiswa untuk selalu peduli dengan daerahnya. Dia juga berharap mahasiswa bersinergi dengan kekuatan lain untuk melakukan proses penyadaran bagi masyarakat Bangkalan. (TAUFIQURRAHMAN)

Sumber: Jawa Pos, Kamis, 18 Okt 2007