Fatimah binti Asad



“Nabi SAW telah berbaring di kuburannya, dan memujinya dengan segala kabaikan !!!”
Siapakah perempuan ini wahai pemuda ?
            Sesungguhnya dia adalah shahabiyah yang mulia, “Fatimah binti Asad bin Hisyam bin Abdi Manaf…” ia berasal dari keturunan Hasyim, ibunda Ali bin Abi Thalib “karramahu allahu wajhahu”, dan dijuluki dengan“Hamaatu Fatimah”.
            Ia telah memeluk islam, dan termasuk dari orang yang pertama kali hijrah  dari kaum perempuan, ia merupakan perempuan  Hasyim yang pertama kali melahirkan anak laki laki dari keturunan Hasyim.
Pengasuh Nabi Muhammad saw
            Ketika kakek nabi Muhammad saw “Abdul Muthallib” merasa ajalnya semakin dekat, ia berwasiat kepada anaknya Abu Tholib agar mengasuh anak saudara laki – lakinya Muhammad bin Abdillah, dan semoga tujuan dari Abdul Mothallib melakukan hal tersebut, karena ia melihat adanya tangan yang lembut dan terpecaya di rumah Abi Thalib, dan pada diri isterinya Fatimah untuk menjaga nabi Muhammad dengan baik. Lalu Fatimah memulai hari- harinya dengan mengasuh  dan mendidik beliau bersama suaminya, dan ia mendapati adanya barokah di dalam makanan anak- anaknya ketika Muhammad ikut makan bersama mereka[1].
            Dan  ia  memberikan perhatian khusus pada diri Muhammad saw dari seluruh anak – anaknya.
            Dalam buku “Sirah Halabiyah”(1\189), penulisnya menyebutkan  keadaan nabi Muhammad saw ketika berada di rumah pamannya, ia berkata : Adapun anak laki – laki memasuki pagi mereka dengan berkusut “rumshan[2], dan rasulullah memasuki paginya dengan berminyak dan bercelak”.
Kesetiaan nabi saw ketika meninggalnya
            Diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata : ketika Fatimah binti Asad bin Hisyam atau ibunda Ali  “radiyallahu anha” meninggal, rasulullah masuk untuk melihtnya dan duduk di samping kepalanya, lalu beliau berkata :
            “Semoga allah merahmatimu wahai ibuku, engkau  kelaparan dan mengenyangkanku setelah kematian ibuku, engkau bertelanjang dan mengenakanku pakaian, engkau menahan dirimu dari kelezatan dan memberikanku makanan, engkau melakukan itu semua demi mengharap ridho allah dan rumah di akhirat”, kemudian rasulullah menyuruh agar jenazanya dimandikan sebanyak tiga kali, dan ketika sampai pada air yang dicampur dengan kapur barus, rasulullah menyiraminya dengan tangan beliau sendiri. lalu rasulullah melepaskan pakaian beliau dan memakaikannya pada jenazahnya, kemudian beliau mengkafani atasnya dengan jubah beliau. Lalu rasullah memanggil Usamah bin Zaid, Abu Ayyub Anshari,  Umar bin Khattab, dan seorang pemuda  hitam untuk menggali, kemudian mereka menggali kuburannya, maka ketika mereka sampai ke liang  lahat, rasulullah menggalinya dengan tangan beliau, lalu mengeluarkan tanahnya dengan tangan beliau sendiri, kemudian setelah selesai rasulullah masuk dan berbaring didalamnya, lalu ia berkata : “Demi allah yang menghidupkan dan mematikan, Dia yang hidup dan tidak mati, saya memohon ampun buat ibuku Fatimah binti Asad, dan tuntunlah dia dalam alasannya , dan lapangkanlah untuknya  jalan masuk surga, dengan kebenaran nabimu dan semua nabi sebelumku, maka sesungguhnya engkau adalah maha pemurah”, kemudian beliau takbir atasnya sebanyak empat kali, dan memasukkannya ke liang lahat bersama Abbas dan Abu Bakar “radyiallahu anhuma[3].
            Ketika Fatimah ibunda ali ra meninggal, rasulullah memakaikan pakaian beliau pada jenazahnya, lalu ikut berbaring bersamanya di dalam kuburannya, maka orang – orang berkata : Wahai rasulullah, kami belum pernah melihatmu melakukan hal seperti ini. Lalu rasulullah berkata : “Sesungguhnya tidak ada seorangpun yang lebih menyayaingiku lebih dari ia setelah kematian Abu Tholib, adapun saya memakaikan pakaianku padanya agar  dipakaikan padanya  pakaian surge. Lalu saya berbaring dengannya untuk mempermudah urusannya”[4].
            Semoga allah meridhoi Fatimah binti Asad dan memuliakannya.


[1] - Nisa’u mubaasyiraatu bi al jannati (1\ 59)
[2] - Rumshan : kotoran yang berwarna putih, kering berada di saluran mata.
[3] - Hitsami berkata : Thobrani meriwayatkannya di dalam “al kabiiru wa al awsatu”, dan didalamnya : Ruh bin Sholah, Tsiqoh bin Habban, dan Hakim. Didalamnya ada kelemahan, dan sebagian periwayat berasal dari ”Rijaalu as Shohih”, Al mujma’ no. 15399.

[4] - Hitsami berkata di “Al Mujma’”(2\ 257) Thobrani meriwayatkannya di “Al Awsatu”,  didalamnya ada Sya’dan bin Walid as Sabiri (saya tidak mengetahuinya), dan sebagian periwayatnya terpecaya.