Menyikapi Manajemen Keluarga

Manajemen Keluarga = Perusahaan Keluarga.

Tadi siang dikantor aku kedatangan sopir dari perusahaan induk dimana aku kerja sekarang.
Siang mas!. Siang jawabku. Begini mas, saya disuruh mengambil printer laser yang besar, katanya. O... yang itu yaa pak ?. Iya. Sendiri pak, tanyaku. Iya mas, kenapa?. Enggak pak, cuma yang dibawa thu berat, sulit untuk nurunkannya. Waduh mas, tak telpon kantor dulu.
Sambil menunggu aku bicara-bicara dengan dia ;
Enak ya mas disini, ujarnya. Kenapa?. Ruangnya dingin dan dengar-dengar gajinya besar. Ah, enggak juga pak, sama kok kaya bapak. Masa tho mas, laa aku udah kerja 20 tahun aja gajinya sekarang baru 800 ribu.
La bagian ini yang membuat aku berpikir, dengan mengorek kesana kesini info dari si bapak, aku hanya bisa mengusap-usap dada. Kok sampai segitunya perlakuan manajemen perusahaan terhadap mereka. Tapi yang membuat aku tambah heran adalah bertahannya bapak itu selama 20 tahunan  berada di perusahaan ini, dan mungkin juga kenalan-kenalan saya disana yang aku dengar lebih dari 20 tahuan mereka kerja bahkan ada yang dulu pengasuh dari boss saya sekarang ini.
Setelah bapak itu pulang aku cari ke omm goog. Akhirnya ketemu artikel yang menarik bagi saya. Judul artikel itu adalah "Tips Ringan Menghadapi Manajemen Keluarga" , dibawah ini adalah isi dari artikel tersebut :
Apakah kita masih sering mengeluh karena bekerja di perusahaan yang menerapkan manajemen keluarga? Awalnya disambut seperti tamu selanjutnya dijadikan "pembantu" begitulah kira-kira bunyi keluhannya?
Sebenarnya kalau saja ada kemauan, kita akan dapat terus diperlakukan sebagai tamu istimewa yang disapa, disuguhkan makanan dan minuman, bersenda gurau atau bahkan dapat disediakan kamar tamu jika ingin menginap namun bagaimana sih caranya?
  1. Positive mental attitude. Begitu pentingkah sikap positif? Ya, karena dengan ini akan memudahkan kita memandang diri sendiri, rekan kerja, atasan dan yang terpenting pekerjaan itu sendiri. "Pekerjaanku hari ini adalah memilih, hari seperti apa yang akan kujalanin hari ini"
  2. Mengembangkan Sense of belonging terhadap perusahaan, walaupun bukan perusahaan sendiri tapi inilah tempat kita berkarya dan harus tetap bersyukur karena kita masih mempunyai pekerjaan. "Hari ini aku bisa bersungut-sungut karena harus pergi bekerja atau sebaliknya aku juga bisa bersorak kegirangan karena punya pekerjaan"
  3. Communication skills, kendala dasar yang biasa sering terjadi adalah masalah mis-komunikasi antar sesama rekan kerja. Sangatlah penting untuk memahami gaya komunikasi karena dengan ini kita dapat mengidentifikasi potensi konflik dalam berkomunikasi. "Hari ini aku bisa "nelangsa" karena sedikitnya sahabat yang kumiliki atau aku bisa dengan penuh gairah membuat rencana untuk menjalin hubungan-hubungan baru"
  4. Menetapkan sasaran kinerja, sering kali merasa bosan dan lelah karena apa yang dikerjaan hanya itu itu saja atau yang dikerjaan melebihi tugas seharusnya. Sangatlah penting untuk mengidentifikasi sasaran kerja dan memahami job description dengan begitu kita dapat mengatur ritme pekerjaan dan mencapai hasil yang optimal. "Hari ini aku bisa bersedih karena uangku pas-pasan atau aku bisa merasa gembira karena keadaan tersebut mendorongku untuk belajar merencanakan setiap pengeluaran secara bijaksana dan menghindarkan diriku dari pemborosan yang tidak perlu".
  5. Komitmen diri dan rencana tindakan, dibutuhkan sebuah komitmen dan rencana tindakan agar dapat mengembangkan antusiasme dan menjadi pribadi yang handal. "Aku bangun pagi sekali hari ini. Gairahku menyala-nyala akan hal-hal yang akan kulakukan hari ini.Aku mempunyai tanggungjawab yang harus kupenuhi. Aku adalah orang yang penting"

Tips ringan? Ah teori!!! prakteknya? Tetap saja tidak akan ada perubahan. 
(www.wikimu.com

Bener juga yaaa....
Category: