Air Pasang, Dua Pasar Tenggelam

Dua buah pasar dan ratusan hektar lahan tambak dan penggaraman tenggelam, akibat air laut pasang yang mencapai ketinggian hingga 6 meter selama dua hari berturut-turut, Senin (26/11) hingga Selasa (27/11).

Dua pasar yang tenggelam tersebut, adalah Pasar Desa Sapeken Pulau Sapeken dan Pasar Desa Masalima, Pulau Masalembu Sumenep. Air pasang juga merendam ratusan hektar ladang penggaraman milik rakyat di Desa Pinggir Papas dan Desa Karang Anyar Kecamatan Kalianget. Sejumlah tumpukkan karung berisi garam hasil panen enam bulan lalu, turut hanyut terbawa air laut.

Tidak hanya itu, air pasang juga meluluhlantakan puluhan hektar tambak udang dan ikan bandeng di Desa Tanjung dan Desa Kebundadap, Kecamatan Seronggi. Puluhan ribu benih ikan bandeng dan udang yang dua bulan lagi bakal panen, hancur terbawa arus air pasang.

Akibatnya, kegiatan pasar menjadi macet bahkan aktivitas perekonomian masyarakat di dua desa tersebut sempat terganggu hingga menyebabkan kerugian yang cukup besar.

Sejumlah bangunan rumah milik warga, tampak rusak akibat dindingnya tergerus air pasang. Hingga Selasa (27/11) malam, tidak ditemukan korban jiwa akibat air pasang yang tergolong besar untuk 10 tahun terakhir ini.

H Zainudin, 47, warga Desa Kebundadap Kecamatan Seronggi, yang memiliki sejumlah lahan tambak udang langsung syok mengetahui ladang tambak udangnya lenyap 'digarap' air pasang. Padahal ia baru saja menebar benih udang senilai Rp 30 juta.

Selain itu, ia juga baru saja memperbaiki tanggul tambaknya yang kini jebol akibat tergerus arus air laut. "Kalau dihitung semuanya, kami merugi sampai ratusan juta rupiah," ujar Zainudin dengan raut muka kalut.

Begitupun dengan Murahwi, 50, warga Desa Pinggir Papas, Kecamatan Kalianget, sebanyak delapan hektar lahan garam yang sudah mengkristal dan siap panen hancur berantakan.

Masuknya air pasang ke lahan pegaramannya karena jebolnya tanggul paling timur lokasi pegaraman di Desa Pinggir Papas akibat air pasang. "Tanggul itu tidak kuat menahan air pasang yang terjadi selama beberapa hari ini. Sehingga dengan mudah air laut masuk ke lahan pegaraman yang siap panen ataupun hasil panen lalu," tandas Murahwi.

Tokoh masyarakat Pulau Sapeken, Badrul Aini S.Sos, mengungkapkan air pasang saat ini diluar dugaan masyarakat. Mengingat sejak sepuluh tahun terakhir, tidak pernah terjadi air pasang sebesar ini. Pihaknya menduga itu terjadi karena di sekitar pantai tidak ada tangkis laut, dan penyangga seperti pohon mangrove. "Kami berharap pemerintah juga memberikan perhatian serius pada kejadian ini. Ini terjadi juga mungkin karena di sekeliling pantai kita sudah tidak ada penahan lagi," tandas Badrul.

Badrul berharap kejadian ini juga ada kepedulian pemerintah. Karena air pasang itu menurutnya juga merupakan musibah yang boleh dikata merupakan bencana alam. Salah satunya dengan perlunya pembangunan tangkis laut di sekitar lokasi kejadian di kepulauan dan ditanggul tanggul timur ladang garam tersebut. (st2)

Sumber: Surya, Thursday, 29 November 2007